Lelakiitu berhari-hari perjalanan jauhnya dari tempat mereka. Baca juga: Kisah Bijak Para Sufi: Kisah Api. Keempat darwis itu segera mengayunkan tongkat ajaib dan terbang, dalam sekejap mata, menuju rumah orang sakit itu. "Kami tabib kenamaan," kata mereka kepada seorang lelaki di gerbang. "yang mengetahui bahwa tuanmu sakit.
Setiap kita pasti punya perjalanan. Setiap kita juga punya kisah hanya sepenggal kisah. Tentang perjalanan spiritual selama 7 hari bertepatan dengan libur lebaran tahun 2018. Dari Jakarta - Surabaya - Jakarta dengan rute yang berbeda, sekitar km sudah ditempuh. Wisata ziarah ke makam 5 dari 9 wali songo yang ada di tanah dan keluarga akhirnya sampai di puncak pendakian spiritual semalam, tepatnya malam Jumat, 21 Juni 2018 di Makam Sunan Gunung Jati atau dikenal Syarif Hidayatullah, salah satu wali songo yang berdakwah di tanah Jawa bagian barat tepatnya di Cirebon. Di puncak tertinggi area pemakaman Kasepuhan Cirebon di daerah Gunung perjalanan wisata ziarah penuh muatan refleksi dan pembelajaran tentang sejarah dan perjuangan para wali songo dalam menebar ajarannya melalui cara-cata yang baik, santun, dan bijak. Sungguh, bisa menjadi cermin kehidupan manusia zaman memulai wisata ziarah, dengan singgah ke makam 1 Sunan Gresik di Gresik, lalu dilanjutkan ke makam 2 Sunan Ampel di Surabaya, kemudian menyusuri jalur utara ke makam 3 Sunan Bonang di Tuban, berlanjut ke makam 4 Sunan Kalijaga di Demak, dan berpuncak di 5 Sunan Gunung Jati di Cirebon. Lima dari 9 wali songo telah saya "napak tilas". Alhamdulillah. Ada banyak hikmah da pelajaran di dalamnya. Hingga tersisa yang belum saya datangi adalah makam Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Muria, dan Sunan Kudus; 4 anggota wali songo. Insya Allah, jika diberi kesehatan dan kesempatan bisa dilakukan di masa ziarah ke Makam Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah, saya menyebutnya sebagai "puncak pendakian spiritual" kali ini. Puncak, karena memang makam Sunan Gunung Jati terletak di tempat tertinggi, di pintu ke-9 dari undakan yang ada di area pemakaman Kasepuhan Cirebon. Mengapa makam Sunan Gunung Jati menjadi puncak pendakian spiritual? Di samping menjadi kunjungan terakhir dalam perjalanan wisata ziarah saya kali ini, juga mendapat perlakuan dan pengetahuan istimewa di makam Sunan Gunung Jati. Apa pasalnya? Ada beberapa hal alasannya1. Bersyukur, karena saya dibantu kawan semasa kuliah Sdr. Tabroni dan keluarga yang kini guru di Cirebon bisa mendapat "jalur khusus" menuju makam Sunan Gunung Jati yang berada di pintu ke-9 atas relasi dengan Ust. Nanang, salah seorang juru kunci makam. Sungguh, tidak banyak orang yang bisa mencapai persis di sisi makam Sunan Gunung Jati yang sangat sakral dan penuh Patut diketahui, rombongan ribuan umat yang berziarah ke makam Sunan Gunung Jati biasanya hanya bisa sampai di pintu ke-3 saja untuk mengaji atau berdoa sebagai penghormatan terhadap para pendakwah Islam di level wali songo. Karena ada aturan main yang harus dipenuhi dan tidak banyak peziarah bisa sampai ke sisi makam di samping mendapat penjelasan tentang Selama di makam, kami mengaji dan meng-agungkan asma Allah sebagai bagian perjalanan pendakian spiritual untuk mengenal sejarah dan meneladani perjuangan Sunan Gunung Jati di masanya. Sangat bersyukur bisa "bertandang" ke makam ulama atau wali yang telah membangun peradaban Islam yang baik di tanah Untuk diketahui, Makam Sunan Gunung Jati tidak sendiri. Tapi di sampingnya terdapat pula makam Fatahillah panglima perang Batavia dan Nyai Rarasantang atau Syarifah Mudaim Ibu Sunan Gunung Jati yang juga anak dari Prabu Sebagai salah satu wali songo, Sunan Gunung Jati berdakwah dalam banyak hal. Di antara yang menjadi pesannya adalah pentingnya membantu fakir miskin, menjaga shalat harus khusu dan tawadhu, selaku bersyukur, banyak bertaubat, dan jadilah orang hikmah perjalanan spiritual ke makam Sunan Gunung Jati. Pelajarannya, lakukanlah perjalanan agar kita tahu bagaimana cara mencapai tujuan. Lebih baik melakukan perjalanan dengan baik daripada hanya bertekad merebut tujuan atau saja hikmah wisata ziarah ke makam para wali?Tentu ada banyak, tentu berbeda-beda. Tiap orang berbeda niat dan motifnya. Tapi khusus saya dan keluarga hanya untuk napak tilas dan memahami spirit perjuangan para wali di masanya. Ketika ke makam Sunan Kalijaga, hikmahnya "jadilah hamba yang selaku siap untuk menghargai diri sendiri dan orang lain, tekun beribadah kepada Allah, berbakti kepada orang tua, agama, bangsa dan negara, terus mencari ilmu dan jadilah hamba yang mau hidup prihatin atau tidak berlebihan dalam hal apapun. Sosok Sunan Bonang sang pencipta lagu "tombo ati" mencerminkan pentingnya berdakwah dengan menguasai ilmu secara penuh. Jangan berlayar ke lautan bila tak cukup ilmu dan keahlian. Cukup diam bila tak tahu banyak. Kerjakan saja urusan makrifatullah, urusan kita sebagai hamba kepada sang Sunan Ampel. Melalui ajaran "moh limo", beliau pesan agar kita selalu menjaga akhlak dan moral dalam keadaan apapun. Zaman boleh maju, dunia boleh digenggam. Tapi akhlak dan moral baik adalah ke makam Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim, bisa belajar tentang sosok yang santun dalam bergaul dan berbahasa pada siapapun. Ia tahu tiap manusia hakikatnya berbeda tapi itu bukan untuk dipertentangkan. Melainkan tunjukkanlah segala sesuatunya dengan memperlihatkan keindahan dan kabaikan, khususnya menyangkut soal pendakian spiritual ada dan bisa diraih dalam wisata ziarah para wali songo. Intinya, belajar dari para wali songo dan mengambil hikmahnya. Bahwa tiap manudia diingatkan akan pentingnya hidup tetap bijaksana, adil, damai dan penuh toleransi. Karena itulah modal untuk bisa menjadikan diri kita dan peradaban umat menjadi lebih baik ke depannya, seimbang dunia maupun akhira sesuai dengan sejarah memang sesuatu yang telah lalu. Tapi sejarah adalah "jalan" untuk menjadi sekarang. Siapa yang lupa sejarah, maka ia pasti lupa diri. Ziarah wisata 5 dari 9 wali songo, saya menyebutnya "sebuah pendakian spiritual". Alhamdulillah dan salam ciamikk... CatatanPerjalananIdulFitri WisataZiarahWaliSongo
Kisahperjalanan suci Nabi Muhammad Saw menembus langit ketujuh atau Sidratul Muntaha dalam semalam dengan menunggangi Buroq bagi masyarakat Arab zaman Jahiliah dinilai sebagai cerita yang tidak masuk akal. Namun, tidak bagi sahabat Abu Bakar Ash Shiqqiq. Dia merupakan orang pertama yang mengimani dan meyakini perjalanan suci Rasulullah Saw.
Bahaudin Nur Salim atau yang lebih dikenal dengan Gus Baha dalam ceramahnya seringkali bercerita tentang kisah-kisah para wali, tetapi ada hal yang menarik dari beliau. Beliau lebih banyak bercerita tentang wali bukan karena keramat-keramatnya, akan tetapi beliau bercerita tentang bagaimana para wali berhubungan atau bermunajat dengan Allah suatu ketika beliau bercerita tentang kisah seorang wali yang ahli ibadah dengan mengutip kitab Syarah atas kitab Hikam karangan Ibnu Atha’illah as-Sakandari yang wafat pada tahun 709 hijriyah. kisah para wali“Ada cerita lucu, masyhur itu. Ada seorang wali, tapi tukang hamal pemikul barang. Karena dia seorang wali, setelah dapat makan satu piring, dia merasa cukup, kemudian pulang dia, karena tidak ingin kaya. Setelah itu dia ibadah terus,” cerita Gus ketika wali tersebut bermunajat kepada Allah agar dibeli kemudahan mencari rejeki tanpa harus bekerja keras menjadi buruh pikul, karena dia hanya butuh sedikit harta untuk keperluan ibadah saja. Kemudian, pada suatu waktu si wali tadi mendapat ujian dengan dituduh sebagai pencuri di pasar dan akhirnya ditahan di penjara. Di penjara tersebut, wali tadi mendapat makan setiap pagi dan sore. Kemudian si wali tadi bermunajat.“Ya Allah kenapa jadinya begini. Kemudian mendapat balasan, kan kamu minta rizki tanpa kerja, ya dipenjara itu,” tutur Gus Baha yang disambut gelak tawa para waktu ketika Gus Baha menjadi pembicara di acara Haul Abdul Hamid Pasuran beliau menuturkan kisahnya untuk ingin menjadi wali.“Begini, dulu saya pernah cita-cita jadi wali, karena punya pernah mbah wali yaitu Abdul Hamid. Kecil saya itu sering diajak sowan Mbah Hamid, setelah agak besar kok prosedurnya agak sulit,” dawuh Gus Baha yang membuat para audien kita yang sebelumnya sering mendengarkan atau mengikuti pengajian beliau, beliau selalu guyon ingin menjadi wali, tetapi bisa saja itu bukan guyonan tapi memang keinginan beliau. Ketika beliau sedang satu forum dengan kiai lain, beliau sering mengajak untuk berlomba menjadi wali dengan kiai suatu waktu yaitu dalam acara Haul Ahmad Shiddiq yang merupakan pengajian terakhir beliau di publik sebelum wabah saat ini menjadi parah, beliau menjelaskan mengapa selalu mengampanyekan diri untuk ingin menjadi wali.“Kenapa saya akhir-akhir ini sering gulirkan daftar menjadi wali. Karena saya ini resah, orang sudah ingin dicintai pejabat, dicintai tetangga, dan dicintai teman. Kadang-kadang orang itu lupa untuk ingin dicintai Allah. Makanya meskipun saya guyon, tapi ini amdan sengaja bukan sahwan. Supaya orang punya cita-cita lagi jadi wali, ingin dicintai Allah. Kita ini terlalu lama ingin dicintai mahluk. Mbok yaho naik kelas sedikit, ingin dicintai Allah,” papar Gus Gus Baha sering mengatakan sulitnya menjadi wali, beliau juga memberikan cara mudah menjadi wali melalui sebuah cerita dari kisah Syaikh Abu Yazid al-Bustomi.“Banyak kitab yang menjelaskan bahwa Abu Yazid al-Butomi pernah tanya kepada Allah. Ya Allah, orang hebat seperti saya itu siapa?” cerita Gus Yazid al-Bustomi yang merupakan tokoh sufi yang sudah masyhur sebagai ahli ibadah. Kemudian ada hatif suara tanpa rupa yang merupakan jawaban dari pertanyaan beliau, dan mengatakan bahwa ada orang yang lebih hebat daripada dia, yaitu orang di sebelahnya yang sedang tidur. Kemudian beliau bertanya lagi mengapa orang tersebut lebih hebat dari beliau.“Ini orang sama saya khusnudzon, tau bahwa saya ini Allah baik sekali, makanya ditinggal tidur. Kalau kamu ibadah terus, jadi ada gimananya sama saya disambut gelak tawa jemaah. Kamu jadi wali yang jalur itu saja,” ucap Gus Baha membuat jemaah yang disampaikan dari cerita di atas barangkali tepat untuk kondisi sekarang ini dengan mengutip kitab Ittihafus Saddatil Muttaqin karangan Syaikh Murtadho az-Zabidi yang merupakan syarah dari kitab Ihya Ulumiddin karang Imam al-Ghazali,يأتي على الناس زمان يكون أفضل علمهم فيه الصمت وأفضل أعالهم النوم هذا لدخول المشكلات في الكلام وخروج الإخلاص من الأعمال“Akan datang pada manusia suatu masa ketika keutamaan ilmu bagi mereka orang awam yaitu dengan diam dan keutamaan amal bagi mereka dengan tidur. Hal ini dikarenakan banyaknya orang yang berbicara tetapi asal-asalan penuh kemuskilan dan hilangnya ikhlas dalam beramal.”Wallahu a’lam.
Nama: Pandu Prasetyo Kelas : 7 D Absen : 21 Kisah Singkat 9 Wali Allah, Atau Sering Disebut Wali Songo. Diantaranya adalah bahwa ia pernah mengalami perjalanan spiritual seperti Isra' Mi'raj, lalu bertemu Rasulullah SAW, bertemu Nabi Khidir, dan menerima wasiat Nabi Sulaeman. Itu sebabnya para wali -yang kesulitan mencari
Buku berjudul "Mereka yang Disandera Cinta kepada Allah Ta'ala" ini merangkum biografi para sufi yang begitu gigih menjalani kehidupan dengan selalu mengharap keridaan Tuhan. Sufi, berdasarkan catatan Wikipedia adalah penyebutan untuk orang-orang yang mendalami sufisme atau ilmu tasawuf. Total ada 81 sufi yang dikisahkan dalam buku yang bisa menjadi bahan introspeksi bagi para pembaca yang ingin meningkatkan kualitas ibadahnya kepada-Nya. Syaikh Ibrahim as-Samarqandi adalah salah satu sufi yang berasal dari Samarkand. Sebagai seorang sufi, ia memulai perjalanan spiritualnya melalui sikap dan perilaku yang sopan, baik terhadap sesama maupun terutama terhadap Allah Taala. Secara sufistik bersikap sopan di hadapan-Nya adalah mengakui dengan sepenuh hati segala kemahaan-Nya yang tak bertepi. Itu di satu sisi. Sementara di sisi lain adalah menyerahkan diri secara habis-habisan melalui pintu kepatuhan terhadap berbagai perintah dan ketentuan hadirat-Nya. Walaupun di antara sekian perintah itu tak kunjung terpahami. Sedangkan di hadapan sesama makhluk, sikap sopan itu akan muncul sebagai kerendahan hati yang begitu indah dan mengagumkan. Tak terlintas untuk bersikap jumawa sedikit pun. Karena sadar bahwa sejumlah kekurangan itu merupakan atribut-atribut yang permanen. Di situ yang akan senantiasa menjadi hiasan tak lain adalah penghormatan, cinta, dan kasih sayang hlm. 48-49. Sufi selanjutnya yang dikisahkan dalam buku ini bernama Syaikh Bisyr al-Hafi. Berasal dari salah satu desa di Merv atau Aleksandria. Pada awalnya, ia seorang pemabuk dalam artian betul-betul negatif. Hingga suatu hari ketika masih sempoyongan usai mabuk, ia menemukan secarik kertas bertuliskan kalimat basmalah di tengah jalan. “Ini nama Tuhanku. Ini sangat mulia. Tidak boleh ada di jalan seperti ini” ungkapnya. Singkat cerita, untuk memuliakan kertas bertuliskan basmalah tersebut, ia berusaha membersihkannya dari kotoran, bahkan membalurinya dengan minyak wangi dan diletakkan di lemari paling atas. Saat tidur, ia bermimpi mendengar suara bergema; “Karena sudah kau harumkan nama-Ku, maka akan Kuharumkan namamu di dunia ini dan di akhirat nanti”. Setelah peristiwa secarik kertas itu, ia masih belum kunjung insaf dari kebiasaan mabuknya. Hingga suatu hari, ia didatangi seorang wali yang sebelumnya bermimpi sebanyak tiga kali, intinya agar mencari keberadaan Bisyr al-Hafi. “Carilah Bisyr bin al-Harits dan katakan kepadanya bahwa dia sudah dipanggil oleh Allah”. Ketika sang wali menyampaikan hal tersebut pada Bisyr, atas izin-Nya kemudian Bisyr pun bertobat dan tak lagi mabuk-mabukan. Hidup dan matinya lantas semata terfokus kepada Allah belaka hlm. 58. Said bin Sallam Abu Utsman al-Maghribi juga termasuk sufi yang memiliki kisah menarik di balik keputusannya menempuh jalan spiritual atau keilahian. Ia berasal dari kota Kairouan, Tunisia. Tinggal di Mekkah selama beberapa tahun. Kemudian pindah ke Nisapur. Tentang peristiwa yang menyebabkan dirinya menempuh jalan keilahian, ia menuturkan sendiri kisahnya sebagaimana berikut ini “Yang menjadi pemicu taubat dan permulaanku memasuki lorong rohani adalah bahwa aku memiliki kuda dan anjing. Dengan kedua binatang itu setiap hari aku pergi untuk berburu. Di dalam berburu aku membawa sebuah kendi yang kuisi susu untuk diminum. Pada suatu hari aku ingin minum susu dalam kendi itu. Seketika itu juga anjingku menggonggong dengan sangat keras. Aku mau minum susu lagi, anjingku malah menggonggong lagi dengan lebih keras. Saat aku mau meminum lagi untuk ketiga kalinya dengan cepat anjingku lalu mendahului minum susu di kendiku. Setelah itu seluruh tubuh anjingku menjadi bengkak. Tak lama kemudian ia lalu mati. Ternyata anjingku berbuat demikian lantaran ia telah melihat seekor ular minum dari susu dalam kendiku. Ia telah rela menggantikan diriku dengan dirirnya sendiri. Setelah peristiwa itu aku langsung bertaubat dan memasuki jalan rohani ini”. Salah satu hikmah yang bisa dipetik dari kisah pertaubatan Said bin Sallam Abu Utsman al-Maghribi ialah bahwa makhluk apa saja, termasuk yang sering kali dipojokkan dan dihina oleh banyak orang seperti anjing, dengan penuh kasih sayang bisa digunakan oleh Allah Swt untuk menolong siapa pun yang dikehendaki-Nya. Dalam konteks ini, apa saja bisa menjelma sebagai pertolongan Tuhan semesta alam. Karena itu, pandanglah segala sesuatu sebagai kemungkinan yang bisa menjelma “tangan” kemahaan-Nya hlm. 179-180. Menarik sekali membaca kisah perjalanan para sufi dalam buku karya Kuswaidi Syafiie ini. Kisah mereka setidaknya dapat menjadi bahan renungan sekaligus mampu menggugah kesadaran dan nurani kita, agar selalu berusaha mendekatkan diri kepada Tuhan dan selalu berupaya bersikap baik terhadap makhluk-Nya, sehingga kelak kita dapat termasuk ke dalam golongan orang-orang yang beruntung. Sam Edy Yuswanto Penulis lepas mukim di Kebumen
SyekhAbul Hasan Asy-Syadzili adalah pendiri Tarekat Syadziliyah yang merupakan salah satu tarekat sufi terkemuka di dunia. Ia dipercayai oleh para pengikutn
Unduh PDF Unduh PDF Perjalanan spiritual adalah proses yang sejatinya perlu ditempuh setiap orang untuk mengenali masalah hidupnya, jati dirinya yang sejati, dan caranya untuk berdamai dengan dunia. Meski demikian, tujuan utama perjalanan spiritual bukanlah untuk menemukan jawaban, melainkan terus mempertanyakan segala hal. Jika ingin mengetahui gambaran perjalanan spiritual yang ideal, sayangnya Anda tidak akan menemukannya di dalam artikel ini. Namun, jika Anda ingin mengetahui berbagai alat bantu yang penting untuk menyokong perjalanan spiritual tersebut, artikel ini mungkin dapat memberikan jawaban yang Anda butuhkan. 1 Pahamilah bahwa ini adalah perjalanan pribadi Anda. Faktanya, perjalanan spiritual setiap orang, baik yang dilakukan untuk mengatasi masalah ataupun merangkul kesempatan, adalah proses yang unik. Meski demikian, beberapa pelaku perjalanan spiritual tetap akan menggunakan alat bantu dan/atau bergerak di jalur yang serupa, dan tidak ada yang salah dengan itu.[1] Yang terpenting, selalu ingat bahwa sekalipun nasihat dari orang lain mungkin terdengar berguna, tidak seorang pun berhak mengontrol arah perjalanan spiritual Anda! Satu-satunya orang yang bertanggung jawab terhadap arah perjalanan tersebut adalah diri Anda sendiri sebagai pelakunya. Jika salah satu atau beberapa langkah yang tercantum dalam artikel ini membuat Anda stres atau bahkan tersakiti, jangan melakukannya dan/atau cari alternatif lain yang lebih bermanfaat untuk menuntun proses kontemplasi Anda. Ingat, tidak ada satu pun agama yang memiliki kebenaran mutlak. Jika sebuah agama atau pengikutnya mulai terasa mengontrol atau menakut-nakuti Anda, mundurlah sejenak dan jika ingin, silakan mempelajari isu spiritualitas dari sumber yang berbeda. 2 Tuliskan pemikiran dan perasaan Anda di sebuah jurnal khusus. Sejatinya, inilah awal perjalanan Anda. Di dalam jurnal tersebut, tuliskan seluruh pemikiran, perasaan, ketakutan, dan ekspektasi yang Anda miliki. Secara khusus, rekam pemikiran sehari-hari Anda, maupun pandangan jangka panjang Anda terkait banyak hal. Setiap minggu, baca kembali isi jurnal Anda untuk mengontemplasikan segala bentuk pencapaian dan tantangan yang Anda hadapi pada minggu tersebut. Kemudian, gunakan hasil perenungan tersebut sebagai latihan dasar untuk memahami kekhawatiran, harapan, dan ambisi Anda secara lebih kontekstual. Praktik tersebut kerap disebut “rutinitas menulis jurnal kesadaran diri."[2] Tujuannya adalah mengungkap pola pemikiran terutama yang negatif yang selama ini mengontrol hidup Anda, agar setelahnya Anda bisa berfokus untuk mengubahnya. 3 Tetapkan tujuan dan jadikan tujuan tersebut sebagai prioritas Anda. Secara khusus, jurnal kesadaran diri dapat membantu mengelola pemikiran Anda demi mencapai tujuan tersebut. Bagi banyak orang, perjalanan spiritual dapat membantu mereka untuk lebih tenang dan tidak mudah marah. Selain itu, perjalanan spiritual juga cocok untuk Anda yang kerap merasa takut akan kematian, ingin memperkaya pemahaman mengenai dunia, atau kesulitan meninggalkan sistem kepercayaan yang lama. Mengingat hal ini adalah perjalanan Anda, niscaya Anda akan terbantu untuk pulih atau berubah, tergantung tujuan yang ingin dicapai. Utamakan hal yang menarik minat Anda, baik secara intelektual maupun emosional. Pikirkan hal yang selama ini selalu membuat Anda penasaran, serta hal yang ingin Anda ubah demi mencapai gaya hidup yang lebih sehat. Jangan khawatir, perjalanan spiritual dapat mengakomodasi aspek intelektual maupun emosional dalam hidup Anda, kok! Selalu ingat bahwa tujuan spiritual Anda mungkin akan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk tercapai, dan bisa terus berubah selagi berproses. Itulah mengapa, tidak perlu menentukan tenggat pencapaian tujuan agar tubuh dan pikiran Anda tidak stres. 4 Tentukan cakupan perjalanan Anda. Apakah ada satu tantangan dalam hidup yang perlu Anda atasi dengan bantuan ilmu spiritual? Atau, apakah Anda sedang ingin melakukan perubahan spiritualitas yang bersifat jangka panjang? Apakah Anda sekadar ingin menambahkan praktik meditasi ke dalam rutinitas harian, atau apakah Anda sedang mengalami krisis kepercayaan yang cukup parah? Ingat, alasan di balik keinginan Anda untuk melakukan perjalanan spiritual adalah hal yang wajib untuk direnungkan! Sebagaimana terapi, cakupan perjalanan spiritual setiap orang berbeda. Misalnya, ada orang-orang yang merasa perlu memfokuskan seluruh tenaga dan perhatiannya dalam perjalanan tersebut, karena tujuan mereka adalah untuk mengubah hubungan mereka dengan dunia di sekitar. Namun, ada pula orang-orang yang merasa hanya perlu meluangkan sedikit waktu dan perhatian mereka untuk melakukan perjalanan tersebut. Umumnya, perjalanan spiritual adalah proses panjang yang intensitasnya akan terus meningkat dari waktu ke waktu. Spiritualitas adalah aspek penting dalam hidup setiap orang, dan tak seorang pun bisa memisahkan dirinya dari aspek tersebut dengan mudah. Oleh karena itu, izinkan cakupan perjalanan Anda untuk berubah, jika diperlukan. Iklan 1 Baca teks suci. Teks keagamaan seperti Kitab Suci, Kitab Taurat, Kitab Al-Qur’an, Kitab Tao Te Ching, Kitab Bhagawadgita, atau Kitab Upanisad dapat memperluas perspektif hidup Anda dan mampu memperkaya pandangan Anda akan keyakinan atau pemikiran orang-orang dengan keyakinan yang berbeda. Meski tidak perlu menyetujui seluruh ajaran yang dicantumkan, setidaknya Anda akan terbantu untuk memahami konteks dari setiap pertanyaan dan kesulitan yang muncul dengan mempelajari cara kitab yang bersangkutan menjelaskan sebuah pertanyaan spiritual dari waktu ke waktu. Selain itu, membaca teks suci juga dapat menggiring Anda ke jalan yang baru, dan mengizinkan Anda untuk mengajukan pertanyaan yang diksinya pun bahkan tidak Anda temukan sebelumnya. Jika memungkinkan, lengkapi ilmu yang Anda miliki dengan menempuh pendidikan formal. Secara khusus, cukup banyak universitas dan lembaga pendidikan formal lain yang menyediakan materi terkait praktik agama dan teks suci dari waktu ke waktu. Jika Anda juga membaca hasil penelitian ilmiah selain teks suci, pahamilah bahwa ada perbedaan yang sangat mendasar antara istilah “teologi” dan “studi religius.” Secara khusus, studi religius merupakan penelitian ilmiah yang dilakukan oleh pihak di luar institusi keagamaan, sementara teologi umumnya hanya ditulis oleh praktisi agama atau pihak yang berada di dalam institusi keagamaan.[3] 2 Berkonsultasilah dengan tokoh masyarakat yang berfokus kepada isu spiritualitas. Beberapa tokoh masyarakat yang memang berfokus pada isu-isu spiritualitas dapat memandu perjalanan Anda, beberapa di antaranya adalah pastor, pendeta, atau imam dari tempat ibadah yang Anda datangi. Biasanya, mereka tidak akan keberatan untuk berdiskusi dengan jemaahnya, dan membantu jemaahnya untuk membuat keputusan. Sebelum menemui tokoh keagamaan, sebaiknya hadiri beberapa ibadat atau acara keagamaan untuk memahami prinsip dasar komunitas tersebut. Institusi sipil lain mungkin juga memiliki staf yang telah dilatih untuk mengakomodasi topik-topik tertentu, seperti kehilangan atau kedukaan. Beberapa contoh institusi sipil yang dimaksud di atas adalah rumah sakit atau pos tentara. Namun, kemungkinan besar Anda harus menjadi anggota atau pengguna layanan tetap mereka agar bisa berkonsultasi dengan staf yang bersangkutan. 3 Baca atau dengarkan pemikiran tokoh spiritual yang populer. Sejatinya, ada cukup banyak penulis dan pembicara yang berfokus untuk mengomunikasikan ide-ide spiritual atau religius dengan cara yang relevan dengan kehidupan sehari-hari pendengarnya. Jika tertarik mengetahuinya, cobalah mencari buku yang berisi informasi semacam itu pada bagian “spiritual”, “agama”, atau “zaman baru” di perpustakaan atau toko buku. Selain itu, informasi serupa juga bisa didapatkan dari berbagai seminar atau diskusi buku yang diadakan oleh berbagai komunitas lokal, radio, maupun siniar daring yang kerap menyajikan hasil penelitian ahli dan kritik terkait teori spiritual, serta mewadahi diskusi terkait spiritualitas. Hindari figur yang terus-menerus meminta bantuan finansial, menjanjikan sesuatu yang terkesan bisa diandalkan, atau terkesan ingin menjual sesuatu. Umumnya, figur semacam itu tidak mengutamakan perjalanan spiritual Anda. Jika memiliki dana lebih, silakan mengikuti retret, perkemahan, dan pertemuan spiritual untuk memperluas cakrawala Anda dengan cara yang sehat, serta untuk berkenalan dengan orang-orang baru. 4 Jangan takut untuk meminta dukungan dari komunitas. Meski pelaku perjalanan spiritual umumnya digambarkan serupa dengan biksu yang selalu berdoa sendirian, faktanya tidaklah demikian. Dengan kata lain, perjalanan spiritual bisa dilakukan dengan bantuan orang lain juga, kok! Itulah mengapa, Anda tidak perlu takut untuk mengajukan pertanyaan atau mendiskusikan ide yang ingin disempurnakan kepada orang-orang terdekat. Jika ingin, hadiri pula pertemuan terkait topik tersebut yang diadakan oleh komunitas lokal. Apa pun tujuan Anda, baik untuk melatih praktik bermeditasi, mempelajari ilmu kesadaran diri, maupun sekadar untuk memperkaya ilmu budaya, belajar bersama orang lain mampu membuat prosesnya terasa lebih utuh dan memuaskan. Selain akan menemukan mentor, pada saat yang bersamaan Anda juga akan menemukan peluang untuk membantu orang lain. Alhasil, perjalanan spiritual Anda pun akan semakin kaya! Iklan 1 Bermeditasilah. Meditasi dapat mempertajam kesadaran diri, sekaligus mengurangi kecemasan dan menjernihkan pikiran Anda.[4] Secara khusus, meditasi merupakan teknik untuk memfokuskan pikiran ke diri sendiri, alih-alih ke hal-hal eksternal yang sejatinya kurang penting untuk dikontemplasikan. Umumnya, seseorang yang bermeditasi akan duduk di lantai dengan kaki bersila, sekalipun modifikasi seperti meditasi berjalan pun kini sudah mulai populer. Beberapa agama bahkan memiliki teknik meditasinya sendiri.[5] Yoga merupakan alat bantu fisik untuk menyokong proses kontemplasi dan memperjelas tujuan spiritual Anda. Praktik meditasi datang dalam berbagai variasi, dan bisa dengan mudah dipelajari dalam berbagai kegiatan sosial, seperti pertemuan rutin yang dipimpin oleh seorang ahli meditasi. Biasanya, Anda bisa mengikuti pertemuan tersebut secara gratis, atau setelah menyumbangkan sedikit donasi dalam bentuk uang maupun bentuk lain. 2 Berolahragalah untuk melengkapi kehidupan spiritual Anda. Dalam beberapa keyakinan, tubuh manusia diyakini sebagai kuil tempat jiwa-jiwa bersemayam. Itulah mengapa, menjaga kesehatan tubuh sangatlah penting jika ditinjau dari sudut pandang spiritual.[6] Terlebih lagi, berolahraga secara rutin mampu memperbaiki kesehatan mental Anda. Alhasil, depresi ringan dan pemikiran yang negatif pun dapat diredakan, atau bahkan dimusnahkan![7] Secara khusus, pendekatan yang seimbang dan menyeluruh terhadap kehidupan, termasuk berolahraga, dapat membuat Anda tetap membumi dan sadar secara mental, pun memiliki kualitas hidup yang lebih baik. Tidak perlu memilih olahraga yang terlalu melelahkan! Faktanya, olahraga ringan sekalipun, jika dilakukan secara rutin di sepanjang minggu, dapat menjaga tubuh tetap bugar dan prima.[8] 3 Ciptakan ruang yang bisa digunakan untuk berkontemplasi. Ruang yang tenang dan bisa digunakan untuk berkontemplasi mampu melindungi melindungi Anda dari paparan informasi dan stres berlebih setiap harinya. Misalnya, di sela-sela aktivitas berkuliah atau bekerja, cobalah menciptakan satu ruang yang nyaman dan memadukan berbagai unsur penenang, seperti alam, pergerakan dan ritme, ketenangan, serta relaksasi, untuk meningkatkan kesadaran diri dan rasa membumi Anda.[9] Jika ingin, ruang tersebut juga bisa diciptakan di rumah atau bahkan kamar indekos, dan dikunjungi kapan pun merasa perlu mengalihkan diri sejenak dari kesibukan yang membebani dan memperbaiki kesehatan spiritual Anda. Ruang tersebut boleh dilengkapi dengan gambar, simbol, poster, aroma seperti aroma bunga, dan musik yang meditatif jika enggan nuansanya terlalu hening. 4 Evaluasi kondisi kesadaran alternatif Anda. Penelitian terkini mengenai tanaman psikoaktif seperti jamur psilocybin, DMT, dan mariyuana mengindikasikan bahwa zat yang terkandung dalam tanaman-tanaman tersebut mampu mendorong terbentuknya kepribadian yang lebih terbuka dan mudah menerima, bahkan setelah satu kali pemakaian saja.[10] Tanaman psikoaktif, yang sebagian besar di antaranya diasosiasikan dengan praktik perdukunan dan budaya tandingan teologi pada tahun 60-an, sejatinya mengandung obat-obatan yang menjadi subjek utama penelitian farmasi berkat kemampuan mereka untuk memengaruhi pola pikir seseorang secara positif, pun meredakan stres yang kronis.[11] Secara khusus, penggunaan zat psikoaktif yang terkontrol mungkin dapat meningkatkan pemahaman Anda akan praktik spiritual yang dilakukan. Sebagian besar tanaman tersebut dianggap ilegal untuk ditanam maupun dibudidayakan di Indonesia. Salah satu efek samping obat psikedelik yang populer adalah kebingungan atau disorientasi spiritual. Meski demikian, zat psikoaktif tetap dianggap berguna sejauh digunakan dalam jangka waktu yang singkat, dengan dosis yang terbatas, dan tentu saja, dengan persetujuan dokter. 5 Kunjungi tempat yang dianggap sakral dalam agama atau keyakinan Anda. Umumnya, sebuah lokasi dianggap suci atau sakral karena telah digunakan secara turun-temurun untuk mengakomodasi berbagai bentuk acara atau praktik keagamaan yang penting, seperti Vatikan di Roma. Beberapa situs bersejarah juga dianggap sakral dan selalu dibanjiri oleh pengunjung di sepanjang tahun, seperti Stonehenge di London. Sementara itu, ada pula tempat sakral yang hanya populer di kalangan sejarawan, seperti beberapa katedral.[12] Sering kali, tempat yang dianggap sakral dibangun dengan sangat megah dan mampu memancarkan aura keagungan di mata pengunjungnya. Dengan mengunjunginya, niscaya rasa hormat Anda terhadap sejarah, pun pemahaman spiritual Anda akan semakin dalam. Beberapa tempat sakral memiliki asosiasi sangat erat dengan peristiwa atau acara yang juga sakral, seperti ziarah Islam tahunan ke Makkah. Itulah mengapa, sebaiknya sesuaikan waktu kunjungan dengan kalender keagamaan Anda. 6 Evaluasi diri Anda. Dengan bantuan jurnal spiritual, teruslah memantau dampak latihan dan penelitian yang telah dilakukan terhadap perkembangan pola pikir Anda. Secara khusus, jurnal spiritual merupakan alat bantu yang penting untuk mengevaluasi hasil penemuan, keraguan, dan berbagai aspek yang baru muncul atau baru ditemukan dalam keyakinan Anda. Selagi melakukan proses eksplorasi, cobalah mengevaluasi frekuensi otak Anda untuk berpikir negatif. Apakah pemikiran negatif Anda semakin berkurang atau justru bertambah? Kemudian, lakukan berbagai perubahan yang diperlukan berdasarkan hasil evaluasi tersebut. Perjalanan spiritual ada untuk mengakomodasi proses pencarian Anda, dan sekalipun situasinya tidak selalu nyaman, seharusnya dampak positifnya terhadap perkembangan hubungan Anda dengan diri sendiri dan orang lain dapat segera dirasakan, begitu pula manfaatnya untuk meningkatkan belas kasih Anda terhadap sekitar. Iklan Tentang wikiHow ini Halaman ini telah diakses sebanyak kali. Apakah artikel ini membantu Anda?
KumpulanKaromah Wali Allah, Robiatul Adawiyah; Jari-jarinya Menjadi "Lampu" (1) Rabi'ah al-Adawiyah adalah sedikit dari ulama sufi perempuan yang sangat disegani dalam sejarah peradaban Islam. Pemikiran dan prilaku spiritualnya terus dikaji hingga hari ini. Berbagai macam kisah hidupnya pun sudah banyak dikupas dan ditulis dalam banyak buku.
Jakarta - Selama bulan Ramadan, Trans TV menyuguhkan mini seri spesial 'Kisah 9 Wali'. Seperti judulnya, mini seri ini akan menceritakan perjalanan 9 Wali dalam menyebarkan ajaran Islam di tanah Jawa."Kisah ini berdasarkan hasil survey dan riset based on sejarah. Kita di support oleh Menteri Pendidikan Nasional dan yang kontribusi mendalami sejarah. Bapak M. Nuh langsung mengawasi dan ada Agus Suyoto, pakar sejarah Islam," ujar Produser 'Kisah 9 Wali', Emilka, ditemui dalam pressconference di Satin Lounge, Biltzmegaplex, Grand Indonesia, Jakarta Pusat, Jumat 20/6/2014.Mini seri kolosal Trans TV ini pun akan dibintangi oleh aktor-aktor kenamaan seperti, Boy Hamzah yang berperan sebagai Sunan Giri, Donny Alamsyah sebagai Sunan Kalijaga, Reza Pahlevi sebagai Sunan Kudus. Selain tiga aktor ini, ada juga David Chaliq sebagai Sunan Gresik, Mario Irwinsyah sebagai Sunan gunung Jati, Tegar Satrya sebagai Sunan Ampel, Sandy Sharif sebagai Suanan Drajat, Ali Zainal sebagai Sunan Bonang, Dimas Seto sebagai Sunan Murya dan Alex Abad yang memerankan tokoh Syekh Siti Jenar. Tak mudah untuk sepuluh aktor ini memerankan tokoh seorang Wali. Banyak observasi yang mereka lakukan guna melakukan pendalaman satunya, Alex Abad yang memerankan tokoh kontroversial, Syekh Siti Jenar. Tokoh Syekh Siti Jenar pun membuat seorang aktor di film '99 Cahaya di Timur Eropa' itu bisa melihat pembelajaran tentang Islam dari sisi lain."Waktu saya ditelepon, saya langsung kepikiran, dari semua nama itu, saya tanya nanti ada Syekh-nya nggak. Saya maunya jadi Syekh," celetuk Alex."Berkembangnya sejarah ada banyak cara pandang terhadap sosok Syekh Siti Jenar. Kita bisa melihat sisi lain dari Syekh. Kata Manunggaling Kawula Gusti punya banyak arti. Ada arti lainnya, di syariatnya, tarekatnya, hakikat dan marifat. Insya Allah dengan caranya ini. Kita coba pengertian dari dasar dulu," lanjutnya menjelaskan soal Syekh Siti halnya seperti Alex Abad, David Chaliq yang memerankan Sunan Gresik, punya cara sendiri dalam mempelajari tokohnya. David berharap jangan sampai perannya ini menimbulkan kekecewaan."Untuk pendalaman saya sebagi Sunan Gresik. Saya punya buku kisah para wali. Kedua, kita masuk browsing, diskusi sama kru. Sampai akhirnya pada saat pelaksanaan itu sendiri, kita bermunajat pada Allah," papar dengan jalan cerita 'Kisah 9 Wali'? Jangan lupa saksikan mini serinya yang akan tayang setiap hari selama bulan Ramadan, pukul WIB hanya di Trans TV. pus/doc
AbuyaDimyati, begitu panggilan hormat masyarakat kepadanya, terlahir tahun 1925 di tanah Banten, salah satu bumi terberkahi. Tepatnya di Kabupaten Pandeglang. Abuya Dimyathi dikenal sosok ulama yang cukup sempurna dalam menjalankan perintah agama, beliau bukan saja mengajarkan dalam ilmu syari'ah tetapi juga menjalankan kehidupan dengan pendekatan tasawuf, tarekat yang dianutnya tarekat
Kisah ini bercerita tentang waliyullah yang bertemu dengan wabah penyakit. Kepanikan masyarakat justru sangat berbahaya dan memicu banyaknya korban. Dalam Kitab Hilayatu al Aulia karya Abu Nu’aim Ashfani, diceritakan bahwa di Damaskus Siria beberapa abad yang silam muncul segerombolan makhluk Allah berupa wabah penyakit ganas. Wabah tersebut hendak hendak memasuki kota tersebut. Saat hendak memasuki Kota Damaskus, kelompok wabah penyakit ganas tersebut bertemu dengan salah satu Waliyullah. Dengan karomah yang dimilikinya, ia mampu berbicara dengan segerombolan wabah tersebut. Percakapan pun berlangsung. Waliyullah bertanya, “Mau ke mana kalian?”. Wabah menjawab, “Kami diperintah oleh Allah untuk memasuki Damaskus.” Waliyullah bertanya lagi, “Berapa lama, dan berapa banyaknya kalian akan korban?” Wabah itu pun menjawab “dua tahun dengan seribu korban meninggal”. Dua tahun berlalu. Ternyata jumlah korban meninggal mencapai 50 ribu orang. Ketika Sang Wali bertemu kembali dengan wabah penyakit ini, ia pun bertanya, “Kenapa dalam dua tahun kalian memakan korban 50 ribu orang? Bukannya kalian janji hanya seribu orang meninggal?” Wabah itu pun menjawab, “Kami memang diperintah Allah untuk merenggut seribu korban. Empat puluh sembilan ribu korban lainnya meninggal dikarenakan panik, bukan karena ulah kami”. Kepanikan Saat Covid-19 Justru Memicu Suburnya Penyakit Cerita ini bagi mereka yang menyandarkan keberagamaannya murni pada akal tentu sulit untuk mempercayainya. Beda halnya bagi mereka yang beragama dengan mempercayai adanya karomah kelebihan yang diberikan oleh Allah kepada hamba yang dicintainya, mereka akan percaya. Seperti bertemunya para ulama dengan baginda Nabi dalam keadaan sadar. Padahal Nabi telah wafat. Terlepas benar atau tidak, percaya atau tidak terhadap cerita di atas, namun kenyataannya kepanikan berlebihan memang menjadi sumber percepatan pembiakan penyakit yang ada di dalam tubuh dan berisiko kematian. Semakin panik justru mereduksi kekebalan tubuh manusia. Begitu juga dengan bencana Covid-19. Kepanikan justru akan lebih berbahaya dari pada dampak wabah virus itu sendiri. Bila menghadapinya dengan rasa takut berlebihan tentu efek buruk akan terjadi pada tubuh. Bukan disebabkan oleh virus Corona itu, tapi penyakit lain yang menjangkit karena terlalu khawatir. Beberapa media saat ini menyuguhkan aneka informasi baik yang positif, bermanfaat bagi masyarakat maupun informasi negatif yang cenderung menjerumuskan dan membuat resah masyarakat. Pemberitaan tersebut bagi sebagian pihak menimbulkan kecemasan yang sangat. Informasi dan berita pandemi Covid-19 saat ini menjadi hidangan yang setiap saat bisa diakses, dilihat, didengar, dibaca, dan bahkan datang sendiri tanpa diminta di smartphone dan teknologi yang lain yang mampu membias ketakutan luar biasa. Sesungguhnya, kepanikan tersebut tidak perlu terjadi. Manusia hanya dituntut untuk melakukan ikhtiar secara maksimal. Bentuk ikhtiar tersebut adalah mentaati anjuran pemerintah dan para ulama yang memang memiliki otoritas untuk memilih tindakan pencegahan. Mereka tentu mengambil kebijakan tersebut berdasar pada petunjuk medis dan kejian keilmuan yang lain. Oleh karena itu penting agar media dan masyarakat untuk tidak meyebarkan rasa takut, khawatir dan membuat kepanikan masyarakat. Cukup dengan memberikan penyadaran tindak pencegahan untuk menumbuhkan kewaspadaan. Waspada tentu saja sangat dianjurkan, tetapi kepanikan berlebih itu berbahaya. Peringatan Rasulullah Jangan Sebar Kepanikan dan Berita Menakutkan Dan sebagai umat Islam kita dilarang untuk menyuguhkan berita provokatif yang bisa menimbulkan keresahan dan kecemasan di masyarakat. Apalagi berita itu bohong. Berita benarpun diupayakan tidak menimbulkan kepanikan dan rasa takut berlebih. Nabi bersabda لاَ يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يُرَوِّعَ مُسْلِمًا “Tidak halal bagi seorang muslim menakut-nakuti muslim yang lain.” Shahih Sunan Abi Dawud Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam situasi saat ini adalah memberi edukasi, kewaspadaan dan rasa tenang. Tidak perlu ikut menyebarkan berita terkait yang tidak jelas sumbernya atau membuat panik. Masyarakat tidak perlu ikut menyebarkan gambar-gambar yang menyeramkan tentang korban Covid-19 supaya tidak menimbulkan ketakutan di masyarakat. Allah berfirman وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”. QS. Al Baqoroh 155 Mukmin sejati adalah mereka yang menganggap bahwa segala yang terjadi adalah kehendak Allah. Apapun bentuk ujian dari Allah hanya untuk lebih memperkuat keimanan. Wabah maupun bencana sejatinya adalah petaka bagi mereka yang mungkar dan ujian kesabaran bagi orang beriman. Mari kita bergandengan tangan untuk melawan covid-19 ini dengan cara melawan kepanikan dan ketakutan berlebihan. Tingkat kewaspadaan dengan selalu menjaga jarak dan membudayakan kebersihan. Selebihnya adalah berdoa dan tawakal, semoga ujian ini cepat berlalu.
SosokWalisongo tidak lepas dari berbagai cerita-cerita serta kisah-kisah menakjubkan ketika mereka berjuang menyebarkan agama Islam. Allah S.W.T menganugrahkan mereka dengan berbagai Karomah yang tidak dimiliki oleh manusia pada umumnya. Karomah merupakan sebuah perkara diluar kebiasaan dan nalar manusia yang dianugrahkan Allah S.W.T kepada para wali sebagai bentuk bantuan, dukungan, serta
› Buku›Ziarah Para Wali, Perpaduan... Wali Berandal Tanah Jawa merupakan buku yang menggugat terhadap ragam buku Islam ortodoks yang semakin menguat di Indonesia. Fenomena ini menarik George Quinn, untuk meneliti praktik perpaduan Islam, sejarah dan mitos OlehMartinus Danang Pratama Wicaksana 5 menit baca Tradisi ziarah di Jawa merupakan gugatan terhadap ragam buku Islam ortodoks yang semakin menguat di Indonesia. Praktik ini memadukan antara keimanan Islam dengan sejarah lokal yang dibumbui oleh Cover buku Wali Berandal Tanah JawaData Buku Judul buku Wali Berandal Tanah JawaPengarang George QuinnPenerbit Kepustakaan Populer GramediaTahun terbit 2021Jumlah halaman xvi+552 halamanMakam para wali Allah atau situs-situs keramat hampir tersebar di seluruh Pulau Jawa dan Madura. Lokasi nya ada yang tersembunyi karena bersebelahan dengan masjid, di puncak-puncak gunung, atau di tengah hutan. Namun, tempat-tempat tersebut justru banyak didatangi orang untuk berdoa memohon keselamatan dan orang Jawa, situs ziarah menjadi sebuah penanda hubungan antara mereka dengan para leluhurnya. Tempat-tempat itu biasanya memiliki cerita serta mitos beragam sehingga membuat peziarahh terkagum-kagum. Namun, tidak jarang cerita tersebut sangat jauh menyimpang dari kenyataan ini menarik George Quinn, seorang peneliti dari Australia untuk menelaahnya dalam bukunya yang berjudul Wali Berandal Tanah Jawa. Sebelumnya, buku ini telah diterbitkan pada tahun 2019 dalam edisi Bahasa Inggris berjudul Bandit Saints of Java How Java’s Eccentric Saints are Challenging Fundamentalist Islam in Modern menawarkan informasi historis tentang tempat-tempat ziarah di Pulau Jawa dan Madura namun juga kisah legenda para wali. Sumber referensinya tidak hanya kitab sastra Jawa kuno dan Kitab Suci Al-Qur’an. Namun, ia juga mewawancarai juru kunci dan para peziarah. Bahkan Quinn tidak segan-segan ikut larut melakukan ritual bersama peziarah .Wali “berandal”Proses penyebaran agama Islam di Nusantara dilakukan oleh para wali yang lebih dikenal sebagai Wali Sembilan atau Wali Sanga. Mereka adalah para ulama yang melakukan dakwah Islam dengan cara melebur dalam praktik kultural di masyarakat. Hal ini membuat masyarakat Jawa dengan mudah memeluk agama Islam di tengah pesatnya kerajaan yang beragama Hindu-Buddha saat ulasannya yang pertama dalam buku ini Quinn mengangkat kisah salah satu Wali Sanga yang bernama Sunan Kalijaga. Sebelum menjadi seorang wali menurut teks berjudul Suluk Linglung Sunan Kalijaga, Sunan Kalijaga bernama asli Raden Mas Said putra dari adipati Tuban. Suatu ketika ia berselisih paham dengan ayahnya yang sering menimbun bahan makanan padahal rakyat jelata di Tuban banyak yang ini memicu Raden Mas Said untuk keluar dari istana menjarah gudang makanan ayahnya kemudian dibagikan secara sembunyi-sembunyi kepada masyarakat yang kelaparan. Ia juga mengganti namanya menjadi Brandhal Lokajaya. Istilah brandhal terang-terangangan menegaskan profesinya sebagai perampok atau bandit. Kisah inilah yang menjadi inspirasi Quinn dalam memberikan judul bukunyaNamun, Quinn tidak mengangkat semua cerita tentang Wali Sanga. Ia memilih beberapa wali yang ceritanya dianggap unik dan kontroversial, tetapi makamnya diziarahi oleh banyak orang. Apabila diurutkan, akan ditemukan sepuluh wali yang terdapat dalam buku ini antara lain Sunan Kalijaga, Sunan Bonang, Jayabaya, Ki Boncolono, Sunan Panggung, Mbah Priok, Mbah Maridjan, Pangeran Jimat, Eyang Jugo, dan Sultan memilih mereka tidak semata-mata karena pengaruhnya dalam sejarah Islamisasi di Indonesia. Ada beberapa tokoh di luar dari lingkaran para wali namun dipercaya oleh masyarakat memiliki kedekatan dengan Allah pada masa hidupnya. Mereka adalah Jayabaya, Mbah Maridjan, dan Ki Boncolono yang dianggap membawa pengaruh besar dalam Islamisasi di tingkat satu contohnya adalah kisah Jayabaya yang merupakan raja dari Kerajaan Kediri di abad ke-12 dikemas ulang menjadi seorang Muslim. Menurut cerita, Raja Jayabaya mengundang seorang pedagang Muslim dari Persia bernama Wasil Syamsudin ke istananya. Kemudian, Raja Jayabaya belajar ilmu ladzuni dan ilmu isyaroh yang kemudian berdampak besar ketika menyusun kitab Jangka Jayabaya. Kitab tersebut berisikan ramalan yang akan terjadi di Jawa. Beberapa ramalannya diyakini kebenarannya oleh orang Islam..Kompas Para peziarah berdoa di Makam Sunan Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Selasa 11/10. Setiap hari ratusan orang berziarah untuk memohon berkah dan mendoakan salah satu Wali Songo yang menyebarkan syiar Islam di Pulau Jawa Ikhsan Mahar SAN11-10-2016Laku ritualPraktik ziarah sebenarnya merupakan tradisi yang diwariskan dari kaum abangan di tanah Jawa. Istilah abangan sendiri berasal dari kajian Clifford Geertz dalam bukunya The Religion of Java. Geertz membagi masyarakat Jawa menjadi tiga kelompok yakni priyayi, santri, dan abangan. Menurut Geertz, Muslim santri adalah kelompok yang taat menjalankan setiap peraturan dalam ajaran Islam, bertolak belakang dengan Setiap bulan Ruwah, banyak peziarah mengunjungi Masjid Demak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah, Sabtu 16/7. Selain berziarah ke masjid yang dibangun Wali Songo itu, mereka juga mengunjungi makam Sultan Demak pertama Raden Patah dan Museum Masjid Hendriyo Widi HEN16-07-2011Kaum abangan merupakan Islam sinkretik yang berpusat di lingkungan pedesaan Jawa. Meskipun menyebut dirinya Muslim, mereka tidak mempedulikan aturan ketat di dalam ajaran Islam. Mereka juga merangkul beragam kepercayaan terhadap roh, perdukunan, dan ilmu gaib sehingga makam keramat menjadi unsur induk bagi abangan. Sehingga, tak mengherankan aktivitas ziarah ke makam-makam keramat erat kaitannya dengan kelompok melakukan laku ritual dengan cara berdoa kepada wali setempat entah sebagai tokoh yang memiliki kekuatan gaib atau sebagai perantara antara manusia dan Allah. Kelompok ini juga mempersembahkan sesaji dan hadiah pembacaan ayat suci disertai dengan permohonan meminta keberkahan atau dalam ungkapan bahasa Jawanya ngalap berkah. Ragam ibadah ini dipandang sebagai “transaksi” kepada wali atau Allah, atau bentuk perjanjian untuk “membayar” dalam bentuk tertentu jika bantuan yang diminta masa kiniPada masa kini praktik ziarah lokal menjadi populer bagi sebagian orang namun ada sedikit perubahan dalam melakukan laku ziarah yang dianggap sesat. Quinn melihat bahwa kaum santri mulai tertarik untuk mendatangi makam-makam keramat. Beberapa faktor pendorongnya adalah frustasi akibat penantian panjang untuk bergilirian naik haji, bisnis wisata spiritual, dan upaya mengurangi rasa kebosanan dalam melakukan ziarah di ziarah kini semakin banyak mengurangi praktik gaya abangan. Semakin banyak papan tulisan yang menonjolkan ragam ibadah baku dan peringatan tentang perilaku sesat. Beberapa acara peringatan di tempat ziarah yang dahulu sarat akan daya magis mulai disesuaikan dengan ragam Islam ortodoks seperti pembacaan Al-Qur’an secara massal dan pengajian melalui Kementerian Pariwisata juga mendorong ziarah lokal tidak hanya bermanfaat dari segi rohani saja tetapi juga menghasilkan nilai ekonomi bagi masyarakat sekitar makam keramat. Hal ini kemudian memunculkan sektor jasa yang diberi label wisata ziarah, wisata religi, dan bahkan wisata syari’a. Litbang Kompas
Adapunnilai yang dapat diambil dari Suluk Linglung adalah sebuah kisah perjalanan spiritual Sunan Kalijaga demi mencapai kesucian hati untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. 4. Lagu Lir-ilir. Sunan Kalijaga juga berdakwah dengan menciptakan sebuah lagu Bahasa Jawa yang berjudul "Lir-ilir".
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Setiap kita pasti punya perjalanan. Setiap kita juga punya kisah hanya sepenggal kisah. Tentang perjalanan spiritual selama 7 hari bertepatan dengan libur lebaran tahun 2018. Dari Jakarta - Surabaya - Jakarta dengan rute yang berbeda, sekitar km sudah ditempuh. Wisata ziarah ke makam 5 dari 9 wali songo yang ada di tanah dan keluarga akhirnya sampai di puncak pendakian spiritual semalam, tepatnya malam Jumat, 21 Juni 2018 di Makam Sunan Gunung Jati atau dikenal Syarif Hidayatullah, salah satu wali songo yang berdakwah di tanah Jawa bagian barat tepatnya di Cirebon. Di puncak tertinggi area pemakaman Kasepuhan Cirebon di daerah Gunung Jati. Sebuah perjalanan wisata ziarah penuh muatan refleksi dan pembelajaran tentang sejarah dan perjuangan para wali songo dalam menebar ajarannya melalui cara-cata yang baik, santun, dan bijak. Sungguh, bisa menjadi cermin kehidupan manusia zaman now. Saya memulai wisata ziarah, dengan singgah ke makam 1 Sunan Gresik di Gresik, lalu dilanjutkan ke makam 2 Sunan Ampel di Surabaya, kemudian menyusuri jalur utara ke makam 3 Sunan Bonang di Tuban, berlanjut ke makam 4 Sunan Kalijaga di Demak, dan berpuncak di 5 Sunan Gunung Jati di Cirebon. Lima dari 9 wali songo telah saya "napak tilas". Alhamdulillah. Ada banyak hikmah da pelajaran di dalamnya. Hingga tersisa yang belum saya datangi adalah makam Sunan Giri, Sunan Drajat, Sunan Muria, dan Sunan Kudus; 4 anggota wali songo. Insya Allah, jika diberi kesehatan dan kesempatan bisa dilakukan di masa datang. dokpri Khusus ziarah ke Makam Sunan Gunung Jati Syarif Hidayatullah, saya menyebutnya sebagai "puncak pendakian spiritual" kali ini. Puncak, karena memang makam Sunan Gunung Jati terletak di tempat tertinggi, di pintu ke-9 dari undakan yang ada di area pemakaman Kasepuhan Cirebon. Mengapa makam Sunan Gunung Jati menjadi puncak pendakian spiritual? Di samping menjadi kunjungan terakhir dalam perjalanan wisata ziarah saya kali ini, juga mendapat perlakuan dan pengetahuan istimewa di makam Sunan Gunung Jati. Apa pasalnya? Ada beberapa hal alasannya 1. Bersyukur, karena saya dibantu kawan semasa kuliah Sdr. Tabroni dan keluarga yang kini guru di Cirebon bisa mendapat "jalur khusus" menuju makam Sunan Gunung Jati yang berada di pintu ke-9 atas relasi dengan Ust. Nanang, salah seorang juru kunci makam. Sungguh, tidak banyak orang yang bisa mencapai persis di sisi makam Sunan Gunung Jati yang sangat sakral dan penuh Patut diketahui, rombongan ribuan umat yang berziarah ke makam Sunan Gunung Jati biasanya hanya bisa sampai di pintu ke-3 saja untuk mengaji atau berdoa sebagai penghormatan terhadap para pendakwah Islam di level wali songo. Karena ada aturan main yang harus dipenuhi dan tidak banyak peziarah bisa sampai ke sisi makam di samping mendapat penjelasan tentang Selama di makam, kami mengaji dan meng-agungkan asma Allah sebagai bagian perjalanan pendakian spiritual untuk mengenal sejarah dan meneladani perjuangan Sunan Gunung Jati di masanya. Sangat bersyukur bisa "bertandang" ke makam ulama atau wali yang telah membangun peradaban Islam yang baik di tanah Jawa. 1 2 Lihat Sosbud Selengkapnya
BiodataImam Syibli. Kunyah beliau adalah Abu Bakar, dengan nama asli Dulaf bin Jahdar 1 as Syibli al Baghdadi. Beliau dilahirkan dan tumbuh dewasa di Baghdad, Irak. Namun ada pula yang mengatakan kelahiran Imam as Syibli adalah Sāmarrā 2. Beliau meninggal di bulan dzulhijjah tahun 334H diusianya yang ke-87, dan disemayamkan di Pemakaman
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Langit diam terhujam kakinya di ujung timur dan barat, menembus tanpa batas. Awan bergumpal-gumpal, pekat menghitam menutupi cahaya bulan. Suasana malam dingin tanpa kisaran angin. Hanya suara tonggeret terdengar dari kejauhan, dari arah rumah belakang tempat jalannya prosesi. Hening dalam nuansa, gelap dalam menanti, sepi sekali. Nafas terdengar satu-satu, berpadu dalam rahsa tak menentu, sebab sepertinya memang sedang dalamdiammenunggu. Menunggu sesuatu peristiwa yang bakalan terjadi namun tak ada yang mengerti, apakah yang bakalan terjadi nanti. Badan sudah mulai terasa kesemutan, aliran energi entah dari mana mulai merasuki. Dingin menjalar dari dalam dada sebelah kiri. Sebagaimana keadaan malambiasanya, romansanya, seperti menandakan hari akan segera turun hujan. Terlihat tetes rintiknya sudah jatuh satu-satu. Malam itu, adalahmalam yang menjadi satu rangkaian dengan peristiwa anehsiang hari tadi, peristiwa misteri yang kemudian nanti akan merubah jalan hidupMas Dikonthole, ya di Masjid Merah ini. Peristiwa luar biasa yang terjadisiang hari tadi, sehabis ashar. Peristiwa yang terus hingga malam ini menggetarkan sanubari, yang kemudian memaksa dirinya harus melaksanakan prosesi menuntaskannya di malam ini. Dan sekarang ini dia tengah bermalam sendirian, di masjid yang tanpa penghuni. Menginap secara sembunyi-sembunyi,bila diketahui penjaga masjid maka pasti Mas Dikonthole akan digelandang, sebab disangka masjid sangat keras, peziarah tidak diperbolehkan menginap di dalam ruangan masjid. Maka seluruh pintu gerbang, setelah sholat isya dikunci oleh juru kunci. Mestinya, tidak mungkin Mas Dikonthole dapat masuk ke dalam. Namun nyatanya Mas Dikonthole malam ini nekad bermalam, untuk sebuah prosesi. Mas Dikonthole memaksa, menerobos ke dalam masjiduntuk apa jadinya jika tertangkap para peziarah yang nekad, berakhir dipenjara. Namun bisikan sangat kuat agar dia bermalam di dalam ruangan masjid diantara dua tiang besar. Mengalahkan logikanya. Maka jalan bahayapun ditempuhnya, sehabis sholat isya, dia menghampiri salah satu warga, yang sholat, agar mau menolongnya. Itulah yang pertemuan setelah lewat sholat isya, sekitar jam delapan malam mereka akan bertemu di depan gerbang pintu masjid. Maka untuk mengisi waktu Mas Dkonthole keluar sebentar untukmembeli makanan. Setelah selesai makan, Mas Dikonthole menuju kembali ke masjid, rupanya penolongnya tak lama kemudian juga datang kesitu. Layaknya seorang pencuri, orang tersebut kemudian melompat ke dalam masjid melalui pagar depan, di samping kiri masjid. Dan tak lama kemudian, membukakan pintu belakang samping kanan masjid. Pintu yang hanya setinggi anak lima tahunan, hanya pas untuk masuk sambil menunduk saja. Pada saat itu Mas Dikonthole sempat was-was juga, harus mengendap-endap, bagaimana kalau ketahuan, kemudian disangka pencuri. Wah bisa babak belur jadinya. Namun diyakinkanlah dirinya, pasti Tuhan akan menolongnya. Apa boleh buat , dibulatkan saja tekadnya. Malam itu diapun berhasil masuk ke dalam ruangan masjid yang tak terjaga. Anehnya orang yang menolongnyapun seperti tergesa-gesa pergi, seperti ketakutan, dan dia pun melompat dari gerbang maka saat ini dia tengah diam dalam hening di dalam ruanganMasjid Merah, sendiri saja. Temannya yang satu perjalanan spiritual, yang diawal selalu berjalan bersamanya entah mengapa tidak mau menemani. Temannya memilihmelanjutkan perjalannya sendiri, katanya mengikuti takdirnya. Dan nanti dibagianlain, kisah perjalan temannya ini, akan dikisahkan. Saat mana perjalanannya seperti diarahkan ke tempat makam asli Syekh Siti Jenar. Dia seperti hilang kesadaran, menempuh perjalanan panjang ke tempat makam sang Syekh. ya, dia menemukan makam Syekh yang asli. Diantara perbukitan tinggi di Jawa Barat. Para wali yang menyembunyikan makamnya Dikontholediam di dalam masjid sendiri. Mengapa temannya mampu menemukan makamnya, ya karena sebab temannya ini masih ada titisan Sykeh Siti Jenar itu sendiri. Itulah jawaban yang diyakini Mas Dikonthole. Langit diam terhujam kakinya di ujung timur dan barat, menembus tanpa batas. Awan bergumpal-gumpal, pekat menghitam menutupi cahaya bulan. Suasana malam dingin tanpa kisaran angin. Hanya suara tonggeret terdengar dari kejauhan, dari arah rumah belakang tempat jalannya prosesi. Hening dalam nuansa, gelap dalam menanti, sepi sekali. Nafas terdengar satu-satu, berpadu dalam rahsa tak menentu, sebab sepertinya memang sedang Dikonthole masih rebahan di masjid menunggu prosesi puncak tepat jam 12 malam nanti. Masih kuat dalam kesadarannyakejadian siang haritadi, dimana peristiwa hebat telah terjadi, seperti layaknya sebuah peristiwa penyambutan luar biasa dari para wali kepada Mas Dikonthole. Teringatlah jelas dalam kesadaran, pada saat itu,dalam meditasinya,dirinya tersentak. Blegh..des..der.. !. Kesadarannya terhenyak, dalam kagetnya bertanya, “Duh ..Gusti benda apa ini ?.”Tiba-tiba serasa seperti laju angin berhenti bertiup, dan seiring dengan itu , sosok berjubah putih hadir dihadapan Mas Dikonthole. Seorang lelaki setengah baya, berpakaian jubah wali, mirip dengan pakaian kebesaran bangsawan dari baghdad lengkap dengan barisan para santri,yangmengiringi kemunculannya dari balik pintu ruang dalam Masjid Merah. Ruangan seperti hampa udara, sesak nafas dibuatnya. Energi putih seperti membentengi keberadaan sang wali yang terus menghampiri dimana Mas Dikonthole terjadi hanya sepersekian !. Sekelebatan saja, sosok wali itu, sudah didepan Mas Dikonthole seperti menghalangi pandangan. Dan seiring berhentinya desiran angin, seperti ada suara yang memerintahkan agar Mas Dikonthole membuka telapak tangannya, berbisik lembut saja, namun rahsanya begitu kuat merasuk kedalam relung hati. Tanpa sempat bertanya apa-apa, dan belum juga sempat kekagetannya. Sosok berjubah itu, begitu saja mengangsurkan tangannya kearah Mas Dikonthole. “Aku berikan kitab rahasia hikmah Al qur an …” Blam…der…!.Blegh..!.Dan tiba-tiba saja aliran listrik tegangan tinggi seperti mengalir ke telapak tangan Mas Dikonthole yang terbuka, Keadaan yang benar-benar tak tahu jika di dalam ruangan Masjid Merah tengah berlangsung pertemuan para wali. Sebelum dirinya mulai meditasi, dia melihat kedalam ruangan dalam Masjid Merah, yang terkunci rapat sepanjang tahun dan konon katanya hanya dibuka satu tahun sekali itupun harus menggunakan rangkain persyaratan ruangan yang tak begitu luas, disana dia melihat seperi kerumununan orang yang tengah bersidang dengan meja besar yang asyiknya mereka bersidang, membahas permasalahan dan problematika umat, sepertinya mereka tak memperdulikan kehadiran Mas Dikonthole yang mengamati mereka. Sambil menghela nafas Mas Dikonthole bersiap untuk sholat wali,yang sepertinya masih terus berlangsung hingga kinidiMasjid hanya ilusi ataukah benar terjadi ?. Kembali Mas Dikonthole hanya mengkhabarkan apa adanya, terserah sidang pembaca memaknai. Diirnya hanya mampu bersyukur,dapat menyaksikan pertemuan itu diahanya uluk salam saja, tanpa bermaksud mengganggu pertemuan para wali yang tengah berlangsung salamnya seakan diacuhkan saja oleh mereka yang tampak sedang serius semakin jelas, ada sembilan wali yang tengah berdialog di dalam ruangan. Dan disekitarnya ada beberapa santri yang duduk bersila sambil berdzikir. Jumlahpara santri kurang lebih dua puluhan. Ya, sepertinya nuansa berabad-abad yang lalu tengah terjadi disitu, dihadirkan dimata batin Mas Dikonthole. Apakah memang kebetulan ataukah sengaja diperlihatkan kepada Mas Dikonthole, dia tak tahu itu. Dengan rasa takjum dirinya hanya menyapa mereka dalam hatinya. Kemudiandia tak mau mengganggu mereka lagidilaksanakanlah sholat seperti biasa saja. Sholat sunnah masjid yang kemudian diteruskan dengan sholat ashar, sholat yang khusuk. Namun kejadiannya, sungguhtidak disangka, jika kemudian merekasecara bersama-sama menghampirinya. Bersamamenemui Mas Dikonthole dan kemudian memberikan sesuatu. Kitab berukuran kecil sekali dengan diameter cm x 1 kejadian luar biasa yang diceritakan dimuka, dimana Mas Dikonthole tersegah menerimanya. Kitab kecil ini begitu diletakan ditangan Mas Dikonthole seperti melebur , menghablur seperti cahaya kecil, yang perlahan-lahan, mengalirmasuk ke dalam badan melalui tangan sementara tangan kanan sang wali berada pada jarak 5 cm diatas telapak tangan Mas Dikonthole. Memberikan tekanan luar biasa agar benda kecil itu dapat masuk ke dalam aliran listrik ribuan kilovolt menerjangsyaraf. Sungguh urat syarafnya selesai rasa sakit yang menerjang, sang wali berbisik lagi, “Aku berikan rahasi a sunnah..” Dan ..blam..blam…badan Mas Dikonthole oleng, kesadarannya menghablur. Hal yang sama terulang kembali, kitab yang ukurannya sama. Dua kitab hikmah diberikan sekaligus dalam hitungan detik,yang satu melalui tangan kanan dan yang satunya lagi melalui tangan kirinyamaka bayangkanbagaimana rahsanyaenergi yang menerjang badan. Sekuat tenaga dirinya mempertahankan posisi duduk bersilanya, badanya bergoyang kesana kemari, tangannya seperti tak kuasa menahan sesuatu. Hampir saja dia berteriak saking tak kuatnya menahan berat dan rahsa yang menghujam, namun seperti ada bisikan halus yang menentramkannya. Energi halus danlembut tu sepertimeliputi danmenahannya,seperti kabut tipis diseputar badan,sejuk sekali. Ya, dia masih berada dalam ruangan masjid. Apa jadinya jika dia berteriak. pasti akan mengagetkan orang yang tengah sholat itu tidaklah lama, mungkin kisaran 30 menit sampai satu jam, Mas Dikonthole tak tahu pasti. dalam kesadarannya dirinya mengalami gemblengan para wali berbulan-bulan lamanya. Kemudian saat semua sudah selesai, angin sepertinya kembali kepada keadaannya semula. Langit sudah tidak mendung lagi. Selesai prosesi, kemudian sang wali memberikan wejangan, agar dirinya mengamalkan seluruh ajaran kitab Al qur an dan sunnah. Hakekat dan hikmah sudah diajarkan, maka menjadi kewajiban Mas Dikonthole untuk menguraikan dan memaknai, juga mengkhabarkan. “Ugh…apakah itu ilusi ?. Lha kapan diajarkannya. Bukankah kejadiannya hanya berlangsung sebentar tidak sampai 30 menit dan juga dirinya tidak merasa kalau diajarkan sesuatu. Apakah maknanya.” Mas Dikonthole terus membantin, dengan kejadian atas peristiwa ini kemudian menjadi pertanyaan yang tidak habis-habisnya, kejadian apakah dan mengapa dirinya yang diberikan kitab itu ?. Bagaimana memaknainya. apakah dirinya harus belajar Al qur an sebagaimana para santrinya ?. Kalau itu sungguh Mas Dikonthole menyerah saja. Dia bukanlah ahli agama, dia hanya bisa sekedar baca Al qur an saja, itupun hasil belajar pada ustad kampung saja. Kalau sekarang hanya lulus iqro saja mungkin. Bagaimana harus memahami hikmah rahasia Al qur an dan sunnah yang begitu besar ?. Mimpi tersebut benar-benar sangat membekas, dan menjadi beban yang tak berkesudahan. Sebab setelahnya, seperti ada sesuatu yang menuntut dirinya harus terus mengkaji makna demi makna atas peristiwa perjalanan spiritualnya. Hikmah kejadian demi kejadian yang terus mendamparinya. Sepanjang lakunya berspiritual, mengelilingi nusantara ini. Siapakah yang memberikan kitab hikmah tersebut ?. Benarkah kitab itu real adanya ?. Ataukah dirinya hanya berjalannya waktu, dirinya benar-benar diajarkan hikmah melalui pengajaran alam. Bagaimana kemudian dirinya mampu membaca simbol-simbol yang digunakan dalam al qur an, bagaimana juga kemudian dirinya meyakini tanda-tanda alam. Bagaimana dirinya diajarkan bahasa alam , diajarkan bahasa al qur an melalui bahasa alam itu sendiri. Kemudian pada gilirannya dirinya juga mengerti makna agama alam, mengerti hakekat agama Islam. Agama alam, agama Islam, dan sunatulloh sepertinya semua dalam rangkaian yang tali temali yang saling menjelaskan keadaannya. Semua dalam bahasa simbol. Bagaimana bisa terjadi ?. Apakah yang dimaksudkan kitab hikmah’ adalah seperti itu ?.Semua pertanyaan benar-benar menghabiskan sepanjang perjalanan spiritualnya, rasa gundah, rasa penasaran, rasa ingin tahu, dan rasa-rasa sang wali hanya ilusi saja ?.Dan sebagainya, dan sebagainya. Namun sepertinya tidak, bagaimana dirinya mengerti hikmah ?. Maka Mas Dikonthole seperti yakin sekali akan penglihatannya, kesadaran ghaibnya tidak mengingkari adanya sosok wali yang menemuinya dalam kesadaran Mas DikontholeMasjid Merahtersebut memang masih menjadi tempat pertemuanpara dahulu hingga kini. Namun bukankah mereka semua sudah meninggal. Sesungguhnya wali-wali Allah tidaklah mati mereka hdup disis-Nya.“ Itulah yang diyakini Mas Dikonthole dari berita al qur an. Maka benarkah keadaan diri mereka seperti yang dilihat Mas Dikonthole. Sepertinya keadaan masa lalu yang tidak berubah ?. Walohualam Mas Dikonthole meyakini, bahwa Yaitu sebagaimana memang pawa wali, jaman dahulu menggunakan Masjid Merah itu untuk pertemuan utama, menggelar pertemuan rahasia di Masjid Merah ini. Dan apakah hanya Mas Dikonthole saja yang menjadi saksi ?. Jika benar, sungguh nikmat luar biasa yang dianugrahkan Tuhan pada ini merupakan sebuah masjid berumur sangat tua yang didirikan pada tahun 1480 oleh Syarif Abdurrahman atau Pangeran Panjunan. Ia adalah seorang keturunan Arab yang memimpin sekelompok imigran dari Baghdad, dan kemudian menjadi murid Sunan Gunung Merah Panjunan ini berumur lebih tua dari Masjid Demak, Masjid Menara Kudus dan Masjid Sang Cipta Rasa. Sebelum dikenal dengan nama Masjid Merah Panjunan, dulunya Masjid ini bernama Al Athyang yang berarti dikasihi. Pengaruh penggunaan material bata merah yang dominan terutama pada bangunan pagarnya ini lebih menyerupai bangunan candi atau Pura yang umum digunakan pada masa permulaan Islam terus menerawang, Mas Dikonthole bersiap untuk prosesi. Jam sudah menunjukan pukul 11 malam. Namun apa yang terjadi. Tiba-tiba pintu gerbang dibuka dari arah depan, sepertinya sang juru kunci akan masuk. Berdebarlah dada Mas Dikonthole,"Waduh, bisa dipenjara dirinya nanti.."bisiknya dalam hati. sesaat kemudian dia berdoa kepada Allah. Benarlah apa yang ditakutkannya. Bersama dua orang satuan kemanan sang juru kunci menghampiri tempat duduk Mas Dikonthole dan kemudian Mas Dikonthole digelandang ke salah satu ruangan masjid. Entah berapa banyak pertanyaan dilontarkan, badan Mas Dikonthole sudah mulai panas dingin. Syukurlah kemudian setelah diperiksa identitasnya, dan kemudian menjelaskan maksud dirinya bermsalam, sang juru kunci mengerti dan hal yang belum pernah terjadi katanya, biasanya jika ada yang menerobos tanpa ijin ke masjid ini bisa dipidana. Masjid ini sudah dilindungi undang-undang purbakala. Bersyukurlah Mas Dikonthole sebab akhirnya sang juru kunci mau menemani Mas Dikonthole menginap di masjid. Malam sudah menunjukan pas jam 12 malam maka mulailah dilaksanakan prosesi. Mas Dikonthole sholat sunnah, hajat, tobat, kemudian diam dalam waktu yang lama. Entah pengajaran apa yang tengah dialaminya di masjid itu. Beberpa sosok berjubah bergantian menghampiri, mengajarkan pengajaran ghaib yang sulit diceritakan disini. Satu persatu para wali mengajarkan kepada kesadaran Mas Dikonthole. Hingga tak sadar waktu sudah menujukkan pagi, adzan subuh sudah bergema di masjid Dikonthole, tergugah dari meditasinya, rasanya pembelajaran para wali cukup membekas, namun dirinya sendiri tidaklah mengerti, atas apa yang diajarkan. Sungguh membingungkan sekali. seperti proses diinput program-program saja. Program yang terasa manfaatnya jika digunakan. Maka dengan hati yang masih penuh tanda-tanya, diaksanakannya shlat berjamaah di masjid ini. Nuansa yang benar-benar tak mampu dilupakan. Bagaimana rahsanya jika kita satu jamaah dengan para wali ?. Sunguhkah ini ?. Apakah bukan majinasi atau ilusi. He eh, entahlah. Semua hanya dalam kesadaran dan keyakinannya saja. Dirinya tak berharap agar orang lain percaya dengan apa yang dialaminya. Cukup dirinya saja yang menjadi saksi. Biarlah dia menyaksikan apa-apa yang disaksikan oleh para orang suci. Menjadi saksi kebenaran ayat-ayat Allah di muka bumi bisawab 1 2 3 Lihat Filsafat Selengkapnya
. c5od7vua88.pages.dev/441c5od7vua88.pages.dev/219c5od7vua88.pages.dev/329c5od7vua88.pages.dev/80c5od7vua88.pages.dev/296c5od7vua88.pages.dev/416c5od7vua88.pages.dev/72c5od7vua88.pages.dev/465
kisah perjalanan spiritual para wali allah