Bagaimana hukum mengeraskan basmalah saat membaca Al-Fatihah, apakah suatu kewajiban? Sebagian belum memahami perbedaan dalam masalah ini sehingga menganggap orang lain keliru. Padahal kita sendiri sebenarnya yang belum paham. Para fuqaha berbeda pendapat dalam hal hukum membaca basmalah bagi imam, makmum dan orang yang shalat sendirian. Perbedaan ini muncul dari masalah apakah basmalah merupakan bagian dari Al-Fatihah ataukah bukan. Dalam madzhab Hanafiyah, disunnahkan membaca basmalah secara lirih bagi imam dan orang yang shalat sendirian di setiap membaca awal Al-Fatihah di setiap raka’at. Namun tidak disunnahkan membaca basmalah antara Al-Fatihah dan surat lainnya secara mutlak menurut Abu Hanifah dan Abu Yusuf karena menurut mereka basmalah bukan merupakan bagian dari Al-Fatihah. Penyebutan basmalah hanya untuk mengambil berkah tabarruk. Yang masyhur dalam madzhab Malikiyah, basmalah bukan bagian dari Al-Fatihah. Sehingga basmalah tidak dibaca dalam shalat wajib yang sirr Zhuhur dan Ashar dan jaher Maghrib, Isya dan Shubuh, baik bagi imam, makmum maupun munfarid orang yang shalat sendirian. Pendapat yang paling kuat dalam madzhab Syafi’i, wajib bagi imam dan makmum serta munfarid untuk membaca basmalah dalam setiap raka’at sebelum membaca Al-Fatihah, baik shalat tersebut wajib ataukah sunnah, begitu pula berlaku dalam shalat sirr Zhuhur dan Ashar dan shalat jaher Maghrib, Isya dan Shubuh. Pendapat yang paling kuat dalam madzhab Hambali, tidak wajib membaca basmalah saat membaca Al-Fatihah, begitu pula surat lainnya di setiap raka’at. Juga pendapat terkuat dalam madhzab Imam Ahmad, disunnahkan membaca basmalah secara lirih pada dua raka’at pertama dari setiap shalat. Begitu pula basmalah dibaca pada awal surat setelah surat Al-Fatihah, namun lirih. Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah, 8 86-88 Adapun ulama yang berdalil bahwa bismillahirrahmanirrahim tidak dikeraskan adalah berdasarkan hadits dari Aisyah, ia berkata, كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَسْتَفْتِحُ الصَّلاَةَ بِالتَّكْبِيرِ وَالْقِرَاءَةَ بِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ “Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasa membuka shalatnya dengan takbir lalu membaca alhamdulillahi robbil alamin.” HR. Muslim no. 498. Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di ketika menjelaskan hadits di atas dalam Umdah Al-Ahkam, beliau berkata, “Ini adalah dalil bahwa bacaan basmalah tidaklah dijahrkan dikeraskan.” Syarh Umdah Al-Ahkam karya Syaikh As-Sa’di, hlm. 161. Juga dalil lainnya adalah hadits Anas, di mana ia berkata, صَلَّيْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَلَمْ أَسْمَعْ أَحَدًا مِنْهُمْ يَقْرَأُ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ “Aku pernah shalat bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, juga bersama Abu Bakr, Umar dan Utsman, aku tidak pernah mendengar salah seorang dari mereka membaca bismillahir rahmanir rahiim’.” HR. Muslim no. 399. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, “Yang sesuai sunnah, basmalah dibaca sebelum surat Al Fatihah dan bacaan tersebut dilirihkan tidak dikeraskan.” Kitab Shifat Ash-Shalah min Syarh Al-Umdah karya Ibnu Taimiyah, hlm. 105. Saran kami Kalau seseorang menjadi imam untuk jamaah yang belum paham akan masalah mensirrkan memelankan bacaan basmalah, baiknya tetap dibaca keras agar lebih menarik hati jama’ah kala itu. Dan masalah ini pun bukan masalah besar yang sampai jatuh pada keharaman. Coba lihat bagaimana contoh dari Syaikh Abdurrahman As-Sudais imam besar Masjidil Haram Makkah saat bertamu dan saat memimpin shalat di Masjid Istiqlal yang notabene di negeri kita ini mengambil pendapat madzhab Syafi’i yang mewajibkan membaca basmalah, beliau tetap mengeraskan bacaan basmalah kala itu. Semoga pembahasan ini juga semakin membuka pemahaman kalangan yang belum mengetahui adanya beda pendapat dalam masalah ini. Intinya, yang berbeda padahal sama-sama muslim, hendaklah kita berprasangka baik bahwa ia barangkali mempunyai dalil yang belum kita pahami. Semoga bermanfaat. Referensi Al-Mawsu’ah Al-Fiqhiyyah. Penerbit Kementrian Agama Kuwait. — Selesai disusun di Darush Sholihin, Panggang, Gunungkidul, 19 Safar 1437 H Muhammad Abduh Tuasikal Channel Telegram, Instagram, Twitter RumayshoCom
Sebagaipengingat, berikut surat Al Fatihah dalam Arab dan latin dikutip dari Kemenag: 1.بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ Bismillāhirraḥmānirraḥīm Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang 2. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَۙ Alḥamdu lillāhi rabbil'ālamīn Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam 3. الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِۙ
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID gDeJIV9VnSmtFrhm-owOJc9YWv-ba0PEcL3uEOthBJ7pYsTYIHswpw==
HukumKirim Stiker Duka, Doa, dan Surat Al-Fatihah melalui WhatsApp Selasa, 13 Juli 2021 | 07:22 WIB Contoh stiker WhatsApp. Tetapi jika doa-doa tersebut hanya berbentuk stiker atau teks bacaan al-Fatihah dan do'a lainnya tanpa diucapkan terlebih dahulu sebelum dishare, (maka) tidak dikatakan doa dan tidak ada manfaatnya bagi mayit.
📚 Al-Mishbahul Munir fi Tahdzib Tafsir Ibnu Katsir / Syaikh Shafiyurrahman al-Mubarakfuri et. AL-FATIHAH DAN MAKNANYA Surat ini disebut al-Fatihah yang maknanya adalah pembuka kitab secara khat tulisan mushaf . Dengan surat inilah dibukanya bacaan dalam shalat-shalat. Surat ini disebut juga Ummul Kitab induk al-Qur’an berdasarkan pendapat jumhur ulama. Imam Tirmidzi meriwayatkan sebuah hadits shahih dan beliau juga menshahihkannya, dari Abu Hurairah 4 ia berkata “Rasulullah saw bersabda الْحَمْدُ لِلَّهِ أُمُّ الْقُرْآنِ وَأُمُّ الْكِتَابِ وَالسَّبْعُ الْمَثَانِي "Alhamdulillah adalah induknya al Qur'an, induknya al Kitab, dan As Sab'ul Matsaani tujuh ayat yang diulang-ulang." Surat al-Fatihah disebut juga al-Hamdu dan ash-Sholaah, berdasarkan sabda Rasulullah saw yang baginda meriwayatkan dari Rabbnya, Allah berfirman قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ} الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ {قَالَ اللَّهُ تَعَالَى حَمِدَنِي عَبْدِي. “Aku membagi shalat antara Aku dengan hambaKu setengah-setengah, dan hambaku mendapatkan apa yang dia minta. Apabila seorang hamba membaca; 'Alhamdulillahi rabbil 'alamin.’ Allah menjawab; Hamba-Ku telah memuji-Ku.” Surat al-Fatihah disebut ash-Sholaah karena termasuk syarat sahnya shalat. Surat al-Fatihah disebut juga ar-Ruqyah pengobat berdasarkan hadits Abu Sa’id ketika ia meruqyah dengan al-Fatihah seorang laki-laki yang terkena sengatan, maka Rasulullah saw bersabda وَمَا يُدْرِيكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ “Tidakkah engkau tahu bahwa al-Fatihah itu ruqyah.” Surat ini termasuk surat Makkiyyah diturunkan sebelum hijrah ke Madinah. Demikian yang dikatakan oleh Ibnu Abbas, Qatadah dan Abul Aliyah, berdasarkan firman Allah وَلَقَدْ آتَيْنَاكَ سَبْعًا مِنَ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنَ الْعَظِيمَ “Dan Sesungguhnya Kami telah berikan kepadamu tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan Al Quran yang agung.” JUMLAH AYATNYA Surat ini terdiri dari tujuh ayat tanpa ada perselisihan ulama, dan Basmalah adalah satu ayat yang berdiri sendiri pada awal surat al-Fatihah, sebagaimana pendapat jumhur Qurro’ ahli Qiro’at dari Kufah. Juga merupakan pendapat sejumlah Sahabat, Tabi’in dan sebagian ulama Khalaf. JUMLAH KATA DAN HURUFNYA Para ulama mengatakan, “Surat al-Fatihah terdiri dari 25 kata dan 113 huruf.” MENGAPA DINAMAKAN UMMUL KITAAB Imam Bukhari berkata di awal kitab tafsir “Disebut ummul Kitaab karena al-Fatihah ditulis pada permulaan Mushaf dan dibaca pada permulaan shalat.” Ada yang berpendapat “Disebut Ummul Kitaab karena seluruh makna al-Qur’an kembali kepada apa yang dikandungnya.” Ibnu Jarir mengatakan “Orang Arab menyebut kata umm’ untuk semua yang mencakup atau mendahului sesuatu jika ia memiliki perkara-perkara yang mengikutinya dan ia sebagai pemuka baginya. Seperti ummur ra’si adalah sebutan untuk kulit yang meliputi otak. Mereka menyebut bendera dan panji tempat berkumpulnya pasukan di bawahnya dengan sebutan umm.” Ia mengatakan “Kota Makkah disebut Ummul Quraa karena keberadaannya terlebih dahulu dan ia sebagai penghulu bagi kota-kota lainnya. Ada yang mengatakan “Disebut Ummul Quraa karena bumi terbentang darinya.” Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah 4, dari Nabi saw bahwa baginda berkata tentang Ummul Qur’an هِيَ أُمُّ الْقُرْآنِ وَهِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَهِيَ الْقُرْآنُ الْعَظِيمُ "Ia adalah Ummul Quran, ia adalah as sab'ul matsaniy tujuh ayat yang dibaca berulang-ulang dan ia adalah Al Quran Al 'Azhim." Abu Jakfar Muhammad bin Jarir ath-Thabari meriwayatkan dari Abu Hurairah 4 dari Rasulullah saw, baginda bersabda هِيَ أُمُّ الْقُرْآنِ وَهِيَ فَاتِحَةُ الْكِتَاب وَهِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي “Ia adalah Ummul Qur’an, ia adalah Faatihatul Kitab dan ia adalah as-Sab’ul Matsani.” KEUTAMAAN AL-FATIHAH Imam Ahmad bin Hambal meriwayatkan dalam Musnadnya dari Abi Sa’ad bin al-Mu’alla , ia berkata “Aku pernah mengerjakan shalat, kemudian Rasulullah saw memanggilku, tetapi aku tidak menjawabnya hingga aku menyelesaikan shalat. Setelah itu aku mendatangi baginda, maka baginda bertanya “Apa yang menghalangimu untuk menjawab “Wahai Rasulullah, sesungguhnya tadi aku sedang mengerjakan shalat.” Lalu beliau bersabda “Bukankah Allah berfirman يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu” QS. Al-Anfal24 Setelah itu beliau bersabda ”Aku akan mengajarkan kepadamu satu surat yang paling agung dalam al-Qur’an sebelum engkau keluar dari masjid.” Maka baginda memegang tanganku dan ketika beliau hendak keluar dari masjid, aku mengatakan “Wahai Rasulullah, engkau tadi mengatakan akan mengajarkan kepadakku surat yang paling agung dalam al-Qur’an. Baginda menjawab نعم، الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ هِيَ السَّبْعُ الْمَثَانِي وَالْقُرْآنُ الْعَظِيمُ الَّذِي أُوتِيتُهُ “Benar, alhamdulillahi Rabbil’alaminn adalah termasuk Assabu' Al Matsani tujuh ayat yang terulang-ulang dan Al-Qur’an yang agung yang diberikan kepadaku.” Demikian pula diriwayatkan oleh al-Bukhari, Abu Daud, Nasa’i dan Ibnu Majah. Hadits lain, diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari dalam Fadha’il al-Qur’an dari Abu Sa’id al-Khudri “Kami pernah melakukan satu perjalanan, lalu kami singgah. Kemudian datanglah seorang budak wanita seraya berkata “Sesungguhnya kepala suku kami terkena sengataan, dan kaum lelaki kami sedang tidak ada di tempat. Apakah di antara kalian ada yang bisa meruqyah?” Maka berangkatlah bersamanya seorang laki-laki yang kami tidak pernah menyangka bahwa ia bisa meruqyah. Kemudian ia membacakan ruqyah dan kepala suku itu pun sembuh. Lalu kepala suku itu memerintahkan agar ia diberi tiga puluh ekor kambing dan kami diberi minum susu. Setelah kembali kami bertanya kepadanya “Apakah engkau pandai meruqyah atau pernah? Maka ia menjawab “Aku tidak meruqyah kecuali dengan Ummul Kitab al-Fatihah. Kami katakan”Jangan lakukan apa pun hingga kita menemui Rasulullah dan menanyakan hal ini kepada beliau. Sesampainya di Madinah kami menceritakan hal itu kepada Nabi saw , maka baginda bersabda وَمَا يُدْرِيكَ أَنَّهَا رُقْيَةٌ أَصَبْتُمْ اقْسِمُوا وَاضْرِبُوا لِي مَعَكُمْ بِسَهْمٍ "Apakah kamu tidak tahu bahwa itu adalah ruqyah? Dan kalian telah mendapatkan imbalan darinya, maka bagilah dan berilah bagian untukku." Hadits lain. Diriwayatkan oleh imam Muslim dalam kitab Shahihnya dan an-Nasa’i dalam Sunannya dari Ibnu Abbas ia berkata “Ketika Rasulullah saw tengah bersama Malaikat Jibril, tiba-tiba terdengar suara keras dari atas. Maka Jibril mengarahkan pandangannya ke langit seraya berkata “Itu adalah dibukanya sebuah pintu di langit yang belum pernah dibuka sebelumnya.” Ibnu Abbas melanjutkan “Dari pintu itu turunlah satu Malaikat dan menemui Nabi saw seraya berkata “Sampaikanlah kabar gembira kepada ummatmu tentang dua cahaya. Kedua cahaya itu telah diberikan kepadamu dan belum pernah diturunkan kepada seorang Nabi pun sebelummu, yaitu Faatihatul Kitaab dan beberapa ayat terakhir surat al-Baqarah. Tidaklah engkau membaca satu huruf darinya melainkan akan diberikan pahala bagimu.” Ini adalah lafazh dalam riwayat an-Nasa’i dan riwayat Muslim senada dengannya. HUKUM MEMBACA AL-FATIHAH DALAM SHALAT Hadits lain, diriwayatkan oleh Muslim dari Abi Hurairah dari Nabi saw, beliau bersabda مَنْ صَلَّى صَلَاةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ فَهِيَ خِدَاجٌ» ثَلَاثًا غَيْرُ تَمَامٍ. فَقِيلَ لِأَبِي هُرَيْرَةَ إِنَّا نَكُونُ وَرَاءَ الْإِمَامِ؟ فَقَالَ اقْرَأْ بِهَا فِي نَفْسِكَ»؛ فإنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ " قَالَ اللهُ تَعَالَى قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ {الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ}، قَالَ اللهُ تَعَالَى حَمِدَنِي عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ {الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ}، قَالَ اللهُ تَعَالَى أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ {مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ}، قَالَ مَجَّدَنِي عَبْدِي - وَقَالَ مَرَّةً فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي - فَإِذَا قَالَ {إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ}قَالَ هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ {اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ}قَالَ هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ. "Barangsiapa shalat tanpa membaca Ummul Qur'an, maka shalatnya tidak sempurna, tidak sempurna, tidak sempurna.” Abu Hurairah di Tanya; Bagaimana bila kami berada di belakang imam?’ Dia menjawab; Bacalah Al Fatihah dengan suara lirih, karena aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda “Allah berfirman 'Aku membagi shalat antara Aku dengan hambaKu setengah-setengah, dan hambaku mendapatkan apa yang dia minta. Apabila seorang hamba membaca; 'Alhamdulillahi rabbil 'alamin.’ Allah menjawab; Hamba-Ku telah memuji-Ku.’ ketika seorang hamba membaca; Arrahmaanir rahiim.’ Allah berfirman; Hamba-Ku telah menyanjung-Ku.’ ketika seorang hamba membaca; Maaliki yaumid diin.’ Allah berfirman; Hamba-Ku telah mengagungkan-Ku.’ ketika seorang hamba membaca; Iyyaaka na'budu wa iyyaka nasta'iin.’ Allah berfirman; Inilah bagian-Ku dan bagian hamba-Ku, sedangkan bagi hamba-Ku apa yang di mintanya.’ ketika seorang hamba membaca; Ihdinash shiraathal mustaqiim, shiraathal ladziina an'amta 'alaihim ghairil maghdluubi 'alaihim waladl dllaallliin.’ Allah berfirman; Inilah bagian dari hamba-Ku, dan baginya apa yang di minta.’" Demikianlah yang diriwayatkan oleh an-Nasa’i, dalam lafazh riwayat Muslim dan an-Nasa’i disebutkan فنصفها ليى ونصفها لعبدي ولعبدي ما سأل Setengahnya untuk-Ku dan setengah lagi untk hambaku, dan untuk hamba-Ku apa yang ia minta PEMBAHASAN TENTANG HADITS INI, KHUSUSNYA BEBERAPA HAL TERKAIT AL-FATIHAH Dalam hadits ini al-Fatihah disebut juga dengan Shalaah maksudnya bacaan. Seperti firman Allah ta’ala وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا “Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu.” Maksudnya “bacaanmu”, sebagaimana dijelaskan dalam riwayat yang shahih dari Ibnu Abbas. Demikian juga Allah berfirman dalam hadits qudsi ini “Aku telah membagi Shalah bacaan al-Fatihah menjadi dua bagian antara diri-Ku dan hamba-Ku. Separuh untuk diri-Ku dan separuh untuk hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang ia minta.” Kemudian Allah menjelaskan pembagian itu secara rinci dalam bacaan al-Fatihah. Ini menunjukkan agungnya bacaan al-Fatihah dalam shalat dan itu merupakan rukun yang utama. Di sini disebutkan ibadah shalat sedang yang dimaksud adalah satu bagian darinya yaitu bacaan shalat. Sebagaimana disebutnya kata qur’aan bacaan, sedangkan yang dimaksud adalah shalat, seperti dalam firman Allah وَقُرْآنَ الْفَجْرِ ۖ إِنَّ قُرْآنَ الْفَجْرِ كَانَ مَشْهُودًا “Dan dirikanlah pula shalat subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan oleh malaikat. Sebagaimana disebutkan secara jelas dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim “Shalat Subuh itu disaksikan oleh Malaikat malam dan Malaikat siang. WAJIBNYA MEMBACA AL-FATIHAH DALAM SHALAT BAIK SEBAGAI IMAM, MAKMUM ATAUPUN SHALAT SENDIRIAN Seluruh penjelasan di atas menunjukkan bahwa bacaan al-Fatihah dalam shalat merupakan hal wajib menurut kesepakatan para ulama. Hal ini ditunjukkan oleh hadits yang telah disebutkan sebelumnya, yakni sabda Rasulullah saw Yang dimaksud dengan khidaj adalah kurang, yakni tidak sempurna sebagaimana dijelaskan dalam lanjutan hadits tersebut dengan kata-kata غير تمام. Disebutkan juga dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, sebuah hadits dari Ubadah bin ash-Shamit ia berkata “Rasulullah saw bersabda Demikian pula hadits yang tercantum dalam Shahih Ibni Khuzaimah dan Shahih Ibnu Hibban dari Abu Hurairah ia berkata Rasulullah saw bersabda Hadits-hadits dalam bab ini sangatlah banyak. [Maka setiap orang yang shalat wajib membaca Fatihatul Kitaab baik ia sebagai imam, makmum ataupun shalat munfarid sendirian dalam setiap shalat dan dalam setiap raka’at, dan itu menjadi suatu kemestian]. TAFSIR AL-ISTI’AADZAH DAN HUKUM-HUKUMNYA Allah berfirman خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۚ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ “Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan Maka berlindunglah kepada Allah.” QS. Al-A’raaf 199-200. Allah juga berfirman ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ السَّيِّئَةَ ۚ نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَصِفُونَ وَقُلْ رَبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَنْ يَحْضُرُونِ “Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan. Dan Katakanlah "Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan. Dan aku berlindung pula kepada Engkau Ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku." Allah ta’ala berfirman وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۚ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai Keuntungan yang besar. Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, Maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui.” QS. Fushshilat 34-36. Tidak ada ayat lain yang memiliki makna seperti tiga ayat di atas. Allah memerintahkan manusia agar beramah tamah dengan musuh dari kalangan manusia agar dan berbuat baiki kepadanya sehingga bisa mengembalikannya kepada tabi’at asalnya, dalam berteman dan berkasih sayang. Sebaliknya, Allah memerintahkan agar memohon perlindungan kepada-Nya dari syaitan jenis jin dan tidak ada cara selainnnya. Karena dia tidak menerima ramah tamah maupun kebaikan. Ia tidak menghendaki sesuatu pun, kecuali kebinasaan anak Adam. Hal ini disebabkan karena kerasnya permusuhan antara dia dengan anak Adam, sebagaimana firman Allah يَا بَنِي آدَمَ لَا يَفْتِنَنَّكُمُ الشَّيْطَانُ كَمَا أَخْرَجَ أَبَوَيْكُمْ مِنَ الْجَنَّةِ يَنْزِعُ عَنْهُمَا لِبَاسَهُمَا لِيُرِيَهُمَا سَوْآتِهِمَا ۗ إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ ۗ إِنَّا جَعَلْنَا الشَّيَاطِينَ أَوْلِيَاءَ لِلَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ “Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh syaitan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapamu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya Kami telah menjadikan syaitan-syaitan itu pemimpin-pemimpim bagi orang-orang yang tidak beriman.” QS. Al-A’raf27. Allah juga berfirman إِنَّ الشَّيْطَانَ لَكُمْ عَدُوٌّ فَاتَّخِذُوهُ عَدُوًّا ۚ إِنَّمَا يَدْعُو حِزْبَهُ لِيَكُونُوا مِنْ أَصْحَابِ السَّعِيرِ “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, Maka anggaplah ia musuhmu, karena Sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” 6. Dan Allah berfirman وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ ۗ أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ ۚ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلًا “Dan ingatlah ketika Kami berfirman kepada Para Malaikat "Sujudlah kamu kepada Adam[884], Maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia adalah dari golongan jin, Maka ia mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kamu mengambil Dia dan turanan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti dari Allah bagi orang-orang yang zalim.” Syaitan telah bersumpah kepada bapak kita Adam bahwa dia adalah pemberi nasihat baginya, padahal dia berdusta. Lalu bagaimana pula mu’malah syaitan dengan kita? Sementara mereka telah berkata قَالَ فَبِعِزَّتِكَ لَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمُ الْمُخْلَصِينَ “Iblis menjawab "Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang mukhlis di antara mereka.” 82-83. Allah juga berfirman فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ إِنَّهُ لَيْسَ لَهُ سُلْطَانٌ عَلَى الَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَىٰ رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ إِنَّمَا سُلْطَانُهُ عَلَى الَّذِينَ يَتَوَلَّوْنَهُ وَالَّذِينَ هُمْ بِهِ مُشْرِكُونَ “Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk. Sesungguhnya syaitan itu tidak ada kekuasaanNya atas orang-orang yang beriman dan bertawakkal kepada Tuhannya. Sesungguhnya kekuasaanNya syaitan hanyalah atas orang-orang yang mengambilnya Jadi pemimpin dan atas orang-orang yang mempersekutukannya dengan Allah.” QS. An-Nahl 98-100. ISTI’AADZAH SEBELUM MEMBACA AL-QUR’AN Makna firman Allah فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ ”Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” Yakni jika engkau hendak membaca, maka sebelumnya bacaalah isti’aadzhah a’uudzu billah minasy syaithaanir rajiim sebagaimana firman Allah يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, Maka basuhlah mukamu dan tanganmu.” 6. Yakni jika engkau mengerjakan shalat, maka berwudhu’lah terlebih dahulu. Hal ini juga berdasarkan hadits-hadits Nabi saw Imam Ahmad bin Hambal meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Sa’id al-Khudri , ia berkata “Apabila Rasulullah saw hendak mengerjakan shalat malam, maka beliau membuka shalatnya dengan bertakbir seraya mengucapkan سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، وَتَبَارَكَ اسْمُكَ، وَتَعَالَى جَدُّكَ، وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ “Mahasuci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Maha Agung Nama-Mu dan Mahatinggi kemuliaan-Mu. Tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau.” Kemudian beliau membaca لا إله إلا الله sebanyak tiga kali. Setelah itu beliau mengucapkan أَعُوذُ بِالله مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ “Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari syaitan yang terkutuk, dari godaan, tiupan dan hembusannya.” Hadits ini juga diriwayatkan oleh para penulis kitab Sunan yang empat. At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini adalah hadits paling masyhur dalam masalah ini. Kata al-hamz ditafsirkan dengan cekikan yang menyebabkan kematian, kata an-nafkh ditafsirkan dengan kesombongan dan an-nafth dengan sya’ir. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibnu Majah dari Jubair bin Muth’im dari ayahnya, ia berkata “Aku melihat Rasulullah saw ketika mulai mengerjakan shalat, beliau mengucapkan اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا ثَلَاثَا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا ثَلَاثَا، وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا ثَلَاثَا، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ، مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ “Allahu Akbar kabiiraa Allah Mahabesar, sebanyak tiga kali, Alhamdulillaahi kathira segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak sebanyak tiga kali dan Subhanallah bukratan wa shiila Mahasuci Allah di waktu pagi dan petang sebanyak tiga kali. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ganguan syaitan yang terkutuk, dari godaan, tiupan dan hembusannya.” Amr berkata “Makna al-hamz adalah cekikan yang menyebabkan kematian, an-nafkh adalah kesombongan dan an-nafth adalah sya’ir.” Ibnu Majah meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Ali bin al-Mundzir, telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudhail, telah menceritakan kepada kami Atha’ bin as-Sa’ib dari Abu Abdirahman as-Sulami dari Ibnu Mas’ud dari Nabi saw, beliau bersabda اللهم إنى أَعُوذُ بِك مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari ganguan syaitan787 Ibnu Majah berkata, “Al-hamz artinya al-mautah cekikan yang menyebabkan kematian, an-nafkh adalah kesombongan dan an-nafth adalah sya’ir. MEMBACA TA’AWWUDZ KETIKA MARAH Al-Hafiz Abu Ya’la Ahmad bin Ali bin Al-Mutsanna Al Musholi meriwayatkan dalam kitab Musnahnya dari Ubay Bin ka'ab , ia berkata “ Dua orang laki-laki bertengkar di hadapan Nabi , hidung salah seorang dari keduanya mengembang dan mengempis karena marah. Maka beliau bersabda “ Sesungguhnya aku mengetahui suatu kalimat yang jika ia mengucapkannya, niscaya akan hilang semua yang ia rasakan. Yaitu ucapan أعوذ بالله من الشيطان الرجيم “ audzubillahi minas syaiton nirojim Aku berlindung kepada Allah dari setan yang terkutuk . ” Demikian yang diriwayatkan oleh an-Nasa’i dalam kitab Amalul Yaum wal Lailah. Al-Bukhari meriwayatkan dari Sulaiman Shurad ia berkata “ Ada dua orang laki-laki saling mengejek di hadapan Nabi , sedang kami duduk di hadapan beliau. Salah seorang dari keduanya mengejek yang lainnya dalam keadaan marah dan wajah yang memerah. Maka Rasulullah bersabda إِنِّي لَأَعْلَمُ كَلِمَةً لَوْ قَالَهَا ذَهَبَ عَنْهُ مَا يَجِدُ، لَوْ قَالَ أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ “Sesungguhnya aku mengetahui suatu kalimat yang jika ia mengucapkannya niscaya akan hilang kemarahannya yaitu ucapan a'udzu billahi minas syaiton nirojim Aku berlindung kepada Allah dari syaitan yang terkutuk .” Maka para sahabat berkata kepada orang itu “ Tidakkah engkau apa yang disabdakan ya Rasulallah? ” orang itu menjawab sesungguhnya aku bukanlah orang yang kurang akal.” Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud dan An-Nasa'i. Masih banyak hadits-hadits yang menyebutkan tentang isti'adzah ini yang terlalu panjang pembahasannya jika disebutkan di sini, tempat pembahasannya dalam kitab al-Adzkar kumpulan dzikir dan Fadhoil al-A’mal amalan-amalan yang utama, wallahua’lam. ISTI’AADZAH WAJIB ATAUKAH SUNNAH MASALAH Jumhur ulama berpendapat bahwa isti'adzah itu hukumnya sunnah bukan suatu kewajiban yang jika seseorang meninggalkannya ia berdosa. Imam ar Razi menceritakan dari Atha' bin Abi Rabah tentang wajibnya isti'adzah dalam shalat atau di luar shalat ketika membaca Al-Qur’an. Ar-Razi berhujjah dengan riwayat Atha' dengan makna Zahir ayat ﭽ ﮠﭼ “Maka hendaklah kamu meminta perlindungan.” Ini adalah perintah yang zhahirnya menunjukkan wajib. Juga karena nabi rutin melakukannya. Juga karena isti'adzah dapat menolak keburukan syaitan. Sedangkan suatu perkara yang tidak sempurna sebuah kewajiban kecuali dengannya, maka perkara itu pun wajib. Disamping itu isti'adzah menunjukkan kehati-hatian. Maka, Jika seorang yang berlindung mengucapkan “Auudzu billaahi minasy syaitonir rojiim, ” maka cukup baginya. SEBAGIAN RAHASIA ISTI’AADZAH Diantara manfa'atnya adalah untuk mensucikan mulut dari kata-kata yang sia-sia dan kotor juga mengharumkan nya dari semua itu. Isti'adzah digunakan untuk membaca firman-firman Allah. Isti'adzah mengandung arti memohon pertolongan kepada Allah, mengakui kekuasaannya sekaligus kelemahan dirinya sebagai seorang hamba dan sebuah pengakuan ketidakberdayaan lawan sejati yang tersembunyi di mana seorang pun tidak mampu menolak & mengusirnya kecuali Allah yang telah menciptakannya. Di mana syaitan tidak bisa diajak berpura-pura juga tidak bisa dipengaruhi dengan kebaikan. Berbeda dengan musuh jenis manusia. Sebagaimana yang telah ditunjukkan tentang hal itu dalam 3 ayat di surat-surat Al-Matsani yaitu Al A'raf 200, al-Mu'minun 97, Fushilat 35, dan firman Allah ta'ala إِنَّ عِبَادِي لَيْسَ لَكَ عَلَيْهِمْ سُلْطَانٌ ۚ وَكَفَىٰ بِرَبِّكَ وَكِيلًا “Sesungguhnya hamba-hamba-Ku, kamu tidak dapat berkuasa atas mereka. dan cukuplah Tuhan-mu sebagai Penjaga.” Malaikat Allah turun untuk memerangi musuh dari kalangan manusia, maka barangsiapa dibunuh oleh musuh dari kalangan manusia yang terlihat ia mati syahid. sebaliknya, barang siapa yang terbunuh oleh musuh tak terlihat syaitan maka ia menjadi terusir. Barang siapa yang dikalahkan oleh musuh nyata ia mendapatkan pahala, sebaliknya barang siapa dikalahkan oleh musuh yang tidak terlihat maka tertipu dan menanggung dosa. Ketika syaitan melihat manusia dan manusia tidak bisa melihatnya maka ia meminta pertolongan kepada yang melihat setan dan setan tidak bisa melihatnya Allah. Pasal Isti'adzah artinya memohon perlindungan dan bersandar kepada Allah dari kejahatan segala yang jahat. Kata al-'iyaadzah digunakan untuk mohon pertolongan dalam menolak kejahatan, sedangkan kata al-liyaadz untuk memohon pertolongan dalam meraih kebaikan. MAKNA ISTI’ADZAH Makna Au’dzu billahi minasy syaitonir rojiim adalah aku memohon perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk agar ia tidak membahayakan diriku dalam urusan agama dan duniaku, atau menghalangiku untuk mengerjakan apa yang engkau perintahkan atau menyuruhku untuk mengerjakan apa yang engkau larang. Karena tidak ada yang mampu mencegah godaan syaitan dari manusia kecuali Allah. Oleh karena itu, Allah memerintahkan agar membujuk syaitan dari jenis manusia dan berbuat baik kepadanya agar dapat merubah tabi’at dan kebiasaannya mengganggu. Akan tetapi, Allah memerintahkan berlindung kepadanya dari syaitan bangsa jin, karena ia tidak menerima pemberian dan tidak dapat diberikan iming-iming juga tidak terpengaruh dengan kebaikan. Tabiat mereka jahat dan tidak ada yang dapat mencegahnya kecuali yang telah menciptakannya. Inilah makna yang terkandung dalam tiga ayat al-qur'an di mana saya tidak mengetahui ada ayat ke 4 yang semakna. Yaitu firman Allah dalam surat al-A'raf خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ “Jadilah Engkau Pema'af dan suruhlah orang mengerjakan yang ma'ruf, serta berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh. QS. Al-A’raaf 199 Ayat di atas berkenaan dengan mu’amalah terhadap musuh dari kalangan manusia. Dilanjutkan dengan firman-Nya وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۚ إِنَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ”Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan Maka berlindunglah kepada Allah.” QS. Al-A’raaf 200. Allah berfirman dalam surat al-Mu’minun ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ السَّيِّئَةَ ۚ نَحْنُ أَعْلَمُ بِمَا يَصِفُونَ وَقُل رَّبِّ أَعُوذُ بِكَ مِنْ هَمَزَاتِ الشَّيَاطِينِ وَأَعُوذُ بِكَ رَبِّ أَن يَحْضُرُونِ “Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan. Dan Katakanlah "Ya Tuhanku aku berlindung kepada Engkau dari bisikan-bisikan syaitan. Dan aku berlindung pula kepada Engkau Ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku." 96-98. Allah berfirman dalam surat Fushshilat وَلَا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلَا السَّيِّئَةُ ۚ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ حَمِيمٌ وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا الَّذِينَ صَبَرُوا وَمَا يُلَقَّاهَا إِلَّا ذُو حَظٍّ عَظِيمٍ وَإِمَّا يَنْزَغَنَّكَ مِنَ الشَّيْطَانِ نَزْغٌ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ ۖ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara Dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai Keuntungan yang besar. Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, Maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha mendengar lagi Maha mengetahui. 34-36. ASAL PENAMAAN SYAITAN Dalam bahasa Arab, kata syaitan berasal dari شَطَنَ yang berarti jauh, artinya tabiat syaitan beda jauh dari tabi’at manusia. Juga karena jauh dari kebaikan karena sifat fasiqnya. Ada juga yang mengatakan bahwa kata syaitan itu jelaskan berasal dari kata شَاطَ terbakar, karena ia diciptakan dari api. Ada juga yang mengatakan bahwa kedua makna tersebut benar akan tetapi makna pertama lebih tepat. Menurut Sibawaih, orang Arab mengatakan تَشَيْطَنَ فُلانٌ apabila si fulan itu berbuat seperti perbuatan syaitan. Jika kata syaitan itu berasal dari kataشَاطَ tentunya mereka akan mengatakan تَشَيَّطَ, maka menurut pendapat yang benar, kata syaitan berasal kataشَطَنَ yang berarti jauh. Oleh karena itu mereka menyebut setiap yang durhaka baik dari kalangan jin, manusia maupun hewan dengan sebutan syaitan. Allah berfirman وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا ۚ وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ ۖ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ “Dan Demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, Yaitu syaitan-syaitan dari jenis manusia dan dan jenis jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu manusia. Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” Dalam Musnad Imam Ahmad disebutkan sebuah hadits dari Abu Dzar , ia berkata “Rasulullah bersabda يَا أَبَا ذَرٍّ تَعَوَّذْ بِاللَّهِ مِنْ شَرِّ شَيَاطِينِ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلِلْإِنْسِ شَيَاطِينُ قَالَ نَعَمْ "Wahai Abu Dzar, berlindunglah pada Allah dari gangguan setan manusia dan jin." Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah ada setan dari manusia?" Beliau menjawab "Ya." Dalam Shahih Muslim diriwayatkan sebuah hadits yang juga dari sahabat Abu Dzar, ia berkata “Rasulullah bersabda يَقْطَعُ صَلَاتَهُ الْحِمَارُ وَالْمَرْأَةُ وَالْكَلْبُ الْأَسْوَدُ قُلْتُ يَا أَبَا ذَرٍّ مَا بَالُ الْكَلْبِ الْأَسْوَدِ مِنْ الْكَلْبِ الْأَحْمَرِ مِنْ الْكَلْبِ الْأَصْفَرِ قَالَ يَا ابْنَ أَخِي سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَمَا سَأَلْتَنِي فَقَالَ الْكَلْبُ الْأَسْوَدُ شَيْطَانٌ “Shalatnya akan terputus oleh keledai, wanita, dan anjing hitam.' Aku bertanya, 'Wahai Abu Dzarr, apa perbedaan anjing hitam dari anjing merah dan kuning? Dia menjawab, 'Aku pernah pula menanyakan hal itu kepada Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam sebagaimana kamu menanyakannya kepadaku, maka jawab beliau, 'Anjing hitam itu syaitan.” Ibnu Jariri meriwayatkan bahwa sayyidina Umar bin al-Khattab menaiki kuda besar dan gagah, namun kuda itu berjalan dengan lagak, maka beliau memukulnya, akan tetapi malah bertambah lagak jalannya, sehingga beliau turun dari kuda tersebut. Beliau berkata “Tidaklah kalian membawakan kepadaku kecuali syaitan. Aku tidak turun darinya hingga aku mengingkari.” MAKNA AR-RAJIIM Ar-rajiim berwazan فعيل subyek bermakna مفعول obyek. Maknanya bahwa syaitan itu dikutuk dan dijauhkan dari segala kebaikan. Sebagaimana firman Allah وَلَقَدْ زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِمَصَابِيحَ وَجَعَلْنَاهَا رُجُومًا لِلشَّيَاطِينِ ۖ وَأَعْتَدْنَا لَهُمْ عَذَابَ السَّعِيرِ “Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.” Allah berfirman إِنَّا زَيَّنَّا السَّمَاءَ الدُّنْيَا بِزِينَةٍ الْكَوَاكِبِ وَحِفْظًا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ مَارِدٍ لَا يَسَّمَّعُونَ إِلَى الْمَلَإِ الْأَعْلَىٰ وَيُقْذَفُونَ مِنْ كُلِّ جَانِبٍ دُحُورًا ۖ وَلَهُمْ عَذَابٌ وَاصِبٌ إِلَّا مَنْ خَطِفَ الْخَطْفَةَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ ثَاقِبٌ “Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, Yaitu bintang-bintang. Dan telah memeliharanya sebenar-benarnya dari Setiap syaitan yang sangat durhaka. Syaitan syaitan itu tidak dapat mendengar-dengarkan pembicaraan Para Malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir mereka dan bagi mereka siksaan yang kekal. Akan tetapi Barangsiapa di antara mereka yang mencuri-curi pembicaraan; Maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang.” Firman Allah وَلَقَدْ جَعَلْنَا فِي السَّمَاءِ بُرُوجًا وَزَيَّنَّاهَا لِلنَّاظِرِينَ وَحَفِظْنَاهَا مِنْ كُلِّ شَيْطَانٍ رَجِيمٍ إِلَّا مَنِ اسْتَرَقَ السَّمْعَ فَأَتْبَعَهُ شِهَابٌ مُبِينٌ “Dan Sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang di langit dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang Nya. Dan Kami menjaganya dari tiap-tiap syaitan yang terkutuk. Kecuali syaitan yang mencuri-curi berita yang dapat didengar dari malaikat lalu Dia dikejar oleh semburan api yang terang.” QS. Al-Hijr16-18 Dan ayat-ayat lainnya. Ada yang berpendapat bahwa kata رجيم bermakna راجم yang melempar. Karena syaitan melemparkan kepada manusia rasa waswas dan bisikan. Hanya saja makna yang pertama lebih masyhur dan lebih tepat. AL-FATIHAH, AYAT 1 Para Sahabat memulai Kitabullah dengan Basmalah. Para ulama sepakat bahwa بسم الله الرحمن الرحيم merupakan salah satu ayat dari surat an-Naml. Tetapi mereka berbeda pendapat, apakah ia merupakan ayat yang berdiri sendiri pada setiap awal surat, atau merupakan bagian dari awal masing-masing surat yang ditulis pada pembukaannya, atau merupakan salah satu ayat dari setiap surat. Di antara Sahabat yang menyatakan bahwa basmalah adalah ayat dari setiap surat kecuali surat at-Taubah adalah Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ibnu Zubar, Abu Hurairah dan Ali. Sedangkan dari kalangan Tabi’in adalah Atha’, Thawus, Sa’id bin Jubair, Makhul dan az-Zuhri. Hal yang sama juga dikatakan oleh Abdullah Ibnu Mubaral. Imam asy-Syafi’I, Ahmad bin Hambal menurut satu riwayat, Ishaq bin Rahawaih, dan Abu Ubaid al-Qasim bin Salam. Sedangkan Malik dan Abu Hanifah dan ulama yang sependapat dengannya mengatakan bahwa basmalah tidak termasuk ayat dari surat al-Fatihah, tidak juga surat-surat yang lain. Menurut Daud, basmalah terletak pada awal setiap surat akan tetapi bukan bagian darinya. Demikian pula menurut satu riwayat dari Imam Ahmad bin Hambal. HUKUM JAHR DIKERASKAN DAN ISRAAR DIPELANKAN BASMALAH KETIKA SHALAT JAHRIYAH Mengenai bacaan basmalah secara jahr, maka yang berpendapat bahwa basmalah itu bukan termasuk ayat surat al-Fatihah, maka membacanya tidak jahr . Demikian juga yang mengatakan bahwa basmalah adalah satu ayat dari awal al-Fatihah. Adapun mereka yang berpendapat bahwa basmalah merupakan bagian pertama dari setiap surat, dalam hal ini mereka berbeda pendapat. Imam Syafi’I berpendapat bahwa basmalah dibaca secara jahr bersama al-Fatihah dan juga surat-surat lainnya. Inilah mdzhab sekelompok Sahabat, Tabi’in serta pendapat ulama Salaf maupun Khalaf. Di antara Sahabat yang membacanya secara jahr adalah Abu Hurairah, Ibnu Umar, Ibnu Abbas dan Mu’wiyah . Ibnu Abdil Barr dan al-Baihaqi meriwayatkan dari Umar dan Ali. Al-Khatib meriwayatkan termasuk khalifah yang empat yaitu Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali. Akan tetapi riwayat ini ghariib. Sedangkan dari Tabi’in diantaranya Sa’id bin Jubair, Ikrimah, Abu Qilabah, az-Zuhri, Ali bin al-Hasan dan putranya Muhammad bin Ali, Sa’id bin al-Musayyab, Atha’, Thawus, Mujahid, Salim, Muhammad bin Ka’ab al-Quradzi, Abu Bakar bin Muhammad Amr bin Hazm, Abu Wa-il, Ibnu Sirin, Muhammad bin al-Munkadir, Ali bin Abdillah bin Abbas dan anaknya yakni Muhammad, Nafi’ maula Ibnu Umar, Zaid bin Aslam, Umar bin Abdil Aziz, al-Azraq bin Qais, Habib bin Abi Tsabit, Abu asy-Sya’tsa’, Makhul dan Abdullah bin Ma’qil bin Muqrin. Al-Baihaqi menambahkan Abdullah bin Shafwan dan Muhammad bin al-Hanafiyah. Sementara Ibnu Abdil Barr menambahkan Amr bin Dinar. Adapun dalilny adalah karena basmalah bagian dari al-Fatihah. Maka ia pun dibacar keras seperti ayat-ayat lainnya. Demikian juga telah diriwayatkan oleh an-Nasa’i dalam kitab Sunan, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahih mereka, serta al-Hakim dalam al-Mustadrak dari Abu Hurairah bahwasanya beliau mengerjakan shalat dan membaca basmalah secara jahr. Setelah selesai beliau mengatakan “Aku yang paling mirip sholatnya dengan Rasulullah di banding kalian.” Hadits ini dishahihkan oleh ad-Daaruquthni, al-Khatib, al-Baihaqi dan yang lainnya. Dalam Shahih Bukhari disebutkan sebuah hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik , bahwa beliau pernah ditanya tentang shalat Rasulullah , maka beliau menjawab “Bacaan beliau itu sesuai dengan panjang pendeknya.” Kemudian Anas membaca bismillahirahmaanirahiim, dengan memanjangkan kalimat bismillah, lalu ar-Rahmaan dan ar-Rahiim Diriwayatkan dalam Musnad Imam Ahmad, Sunan Abi Daud, Shahih Ibnu Khuzaimah dan Mustadrak al-Hakim dari Ummu Salamah , beliau berkata “Rasulullah memutus-mutus bacaan beliau di setiap akhir ayat”Bismillaahir rahmaanir rahiim. Alhamdulillaahi Rabbil aalamiin. Ar-rahmaanir rahiim. Maaliki yaumiddiin.” Imam al-Daruquthni mengatakan, “Sanad-sanadnya shahih.”Imam Syafi’I dan al-Hakim dalam kitab Mustadraknya meriwayatkan dari Anas, bahwasanya Mu’awiyah mengerjakan shalat di Madinah dan beliau meninggalkan basmalah tidak mengeraskan bacaannya, maka para Sahabat Muhajirin mengingkarinya. Kemudian Mu’awiyah mengerjakan shalat untuk kedua kalinya dengan membaca basmalah secara jahr.” Semua hadits dan atsar yang kami sebutkan di atas kiranya sudah cukup menjadi hujjah bagi pendapat ini atas pendapat yang menentangnya. Adapun tentang riwayat-riwayat lain yang bertentangan dan asing, tentang jalur-jalurnya, mengetahui kecacatannya, kedhaifannya serta penetapannya dijelaskan pada tempat yang lain. Sebagian ulama yang lain berpendapat bahwa basmalah tidak dibaca jahr dalam shalat. Inilah pendapat yang shahih dari Khalifah yang empat, Abdullah bin Mughaffal, dan beberapa golongan ulama salaf dari kalangan Tabi’in dan ulama khalaf. Ini pula yang menjadi pendapat madzhab Abu Hanifah, ats-Tsauri dan Ahmad bin Hambal. Adapun menurut Imam Malik, basmalah tidak dibaca sama sekali, baik secara jahr maupun sirr. Mereka berdalil dengan hadits yang terdapat dalam Shahih Muslim dari Aisyah , beliau berkata “Rasulullah membuka shalat dengan takbir dan bacaan alhamdu lillaahi Rabbil aalamiin.” Diriwayatkan pula dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim dari Anas bin Malik, ia menceritakan”Aku pernah shalat di belakang Nabi , Abu Bakar, Umar, dan Utsman. Mereka semua membuka shalat dengan bacaan alhamdu lillaahi Rabbil aalamiin.” Menurut riwayat Muslim” Mereka tidak menyebutkan “Bismillaahirrrahmaanirahiim” pada awal bacaan dan tidak juga pada akhirnya.” Hal yang sama juga terdapat dalam kitab-kitab Sunan diriwayatkan dari Abdullah bin Mughaffal . Demikianlah dasar-dasar pengambilan pendapat para imam mengenai masalah ini. Pendapat mereka tidaklah jauh berbeda, karena mereka semua sepakat bahwa orang yang shalat, baik membaca basmalah secara jahr maupun secara sirr keduanya adalah sah. Segala puji dan karunia hanyalah milik Allah . Pasal KEUTAMAAN BASMALAH Imam Ahmad bin Hambal dalam Musnadnya meriwayatkan dari seorang Sahabat yang membonceng Nabi , ia berkata “ لَا تَقُلْ تَعِسَ الشَّيْطَانُ، فَإِنَّكَ إِذَا قُلْتَ تَعِسَ الشَّيْطَانُ، تَعَاظَمَ، وَقَالَ بِقُوَّتِي صَرَعْتُهُ، وَإِذَا قُلْتَ بِسْمِ اللهِ، تَصَاغَرَ حَتَّى يَصِيرَ مِثْلَ الذُّبَابِ “Janganlah engkau mengucapkan Celakalah syaitan.’ Karena jika engkau mengucapkannya, maka ia akan membesar dan berkata dengan kekuatannku, aku akan jatuhkan dia.’ Jika engkau mengucapkan bismillah, maka ia akan menjadi kecil hingga seperti seekor lalat.” An-Nasa’i juga meriwayatkan dalam kitab Amalul Yaum wal Lalilah dan Ibnu Mardawaih dalam kitab tafsirnya dari Usamah bin Umair, ia berkata”Aku pernah dibonceng oleh Nabi ,” lalu ia menyebutkan kejadiannya, dan Nabi bersabda لَا تَقُلْ تَعِسَ الشَّيْطَانُ فَإِنَّهُ يَتعاَظَمُ حَتَّى يَكون كالْبَيْتِ وَيَقُولُ بِقُوَّتِي صَرَعْتُهُ , وَلَكِنْ قُلْ بِسْمِ اللهِ فَإِنَّهُ يَصْغُرُ حَتَّى يَكونَ كالذُّبَابَةِ “Jangan mengucapkan itu, karena syaitan akan membesar seperti rumah. Akan tetapi ucapkanlah Bismillah’, niscaya ia akan menjadi kecil seperti lalat.” Ini merupakan pengaruh dari keberkahan bismillah. DISUNNAHKAN MEMBACA BASMALAH SEBELUM MEMULAI SETIAP PEKERJAAN Oleh karena itu disunnahkan membaca basmalah pada awal setiap ucapanh maupun perbuatan. Disunnahkan juga membacanya pada awal khutbah berdasarkan dalil yang ada. Juga disunnahkan membacanya sebelum masuk ke kamar kecil, berdasarkan hadits dalam masalah ini. Demikian juga sebelum berwudhu’ berdasarkan hadits dalam Musnad Imam Ahmad dan juga dalam kitab-kitab Sunan dari riwayat Abu Hurairah, Sa’id bin Zaid dan Abu Sa’id secara marfu’, Rasulullah bersabda لا وضوءَ لِمَن لم يَذكُرِ اسمَ الله عليه “Tidak sempurna wudhu’ yang tidak menyebut Nama Allah mengucapkan basmalah padanya.” Hadits ini hadits hasan. Demikian pula disunnahkan membacanya sebelum makan, berdasarkan hadits dari Shahih Muslim, bahwa Rasulullah pernah bersabda kepada anak tiri beliau, Umar bin Abi Salamah قل بسْمَ اللهِ وكُلْ بِيَمِينِكَ، وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ “Ucapkan bismillah’, makanlah dengan tangan kananmu dan makanlah makanan yang dekat darimu.” Disunnahkan juga membacanya ketika hendak berhubungan suami istri, berdasarkan hadits dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, dari Ibnu Abbas , bahwa Rasulullah bersabda لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَأْتِيَ أَهْلَهُ قَالَ بِاسْمِ اللَّهِ، اللَّهُمَّ جَنِّبْنَا الشَّيْطَانَ، وَجَنِّبِ الشَّيْطَانَ مَا رَزَقْتَنَا، فَإِنَّهُ إِنْ يُقَدَّرْ بَيْنَهُمَا وَلَدٌ فِي ذَلِكَ لَمْ يَضُرَّهُ شَيْطَانٌ أَبَدًا “Seandainya salah seorang dari kalian hendak menggauli isterinya ia membaca “Bismillah, Allahumma jannibnasy syaithaan wa jannibisy syaitaan maa razaqtanaa Dengan menyebut Nama Allah, jauhkanlah kami dari syaitan dan jauhkanlah syaitan dari apa yang Engkau anugerahkan kepada kami, maka jika Allah menakdirkan lahirnya anak, maka anak itu tidak akan diganggu oleh syaitan selamanya.” DENGAN PERKATAAN APA LAFADZ BISMILLAH’ BERSANDAR Dari uraian yang telah lalu jelaslah bagi kita bahwa dua pendapat di kalangan ahli Nahwu dalam masalah apa yang dikaitkan dengan huruf ba’ pada ucapan bismillah, apakah ia isim kata benda atau kah fi’il kata kerja, bahwa pendapat keduanya menyerupai. Kedua pendapat tersebut terdapat landasan di dalam al-Qur’an. Adapun jika mengaitkannya dengan kata benda, maka taqdir kalimatnya adalah perkataan bismillah ibtidaa’i dengna menyebut Nama Allah permulaanku melakukan sesuatu perbuatan. Seperti firman Allah وَقَالَ ارْكَبُوا فِيهَا بِسْمِ اللَّهِ مَجْرَاهَا وَمُرْسَاهَا ۚ إِنَّ رَبِّي لَغَفُورٌ رَحِيمٌ “Dan Nuh berkata "Naiklah kamu sekalian ke dalamnya dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya." Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Adapun mengaitkannya dengan kata kerja, baik bentuk perintah maupun berita, misalnya ibda’ bismillah mulailah dengan menyebut Nama Allah atau ibtada’tu bismillah’ aku memulai dengan bismillah, maka seperti firman Allah اقْرَأْ بِاسْمِ رَبِّكَ الَّذِي خَلَقَ “Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang Menciptakan.” 1 Keduanya benar, karena fi’il pasti memiliki mashdar kata dasar. Maka engkau mentaqdirkan fi’il dan mashdarnya. Ia berkaitan dengan fi’il yang engkau sebutkan sebelumnya, seperti kata qiyaman berdiri, qu’uudan duduk, aklan makan, wudhu’an wudu’, atau shalatan shalat. Maka yang disyari’atkan adalah menyebut Nama Allah sebelum memulai semua itu, untuk meraih berkah, kebaikan dan pertolongan agar pekerjaan itu sempurana dan dapat diterima. Wallahu a’lam. MAKNA LAFDZUL JALALAH الله Allah merupakan nama untuk al-Rabb tabaaraka wa ta’aala. Dikatakan bahwa Allah nama yang paling agung, karena nama itu menyandang semua sifat. Sebagaimana Allah berfirman هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ عَالِمُ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ ۖ هُوَ الرَّحْمَٰنُ الرَّحِيمُ هُوَ اللَّهُ الَّذِي لَا إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ الْمَلِكُ الْقُدُّوسُ السَّلَامُ الْمُؤْمِنُ الْمُهَيْمِنُ الْعَزِيزُ الْجَبَّارُ الْمُتَكَبِّرُ ۚ سُبْحَانَ اللَّهِ عَمَّا يُشْرِكُونَ هُوَ اللَّهُ الْخَالِقُ الْبَارِئُ الْمُصَوِّرُ ۖ لَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚ يُسَبِّحُ لَهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۖ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ “Dialah Allah yang tiada Tuhan selain Dia, yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, Dia-lah yang Maha Pemurah lagi Maha Allah yang tiada Tuhan selain Dia, Raja, yang Maha Suci, yang Maha Sejahtera, yang Mengaruniakan Keamanan, yang Maha Memelihara, yang Maha perkasa, yang Maha Kuasa, yang memiliki segala Keagungan, Maha suci Allah dari apa yang mereka persekutukan. Dialah Allah yang Menciptakan, yang Mengadakan, yang membentuk Rupa, yang mempunyai asmaaul Husna. bertasbih kepadanya apa yang di langit dan bumi. dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” Dengan demikian semua Nama-Nama yang baik itu merupakan sifat-Nya, sebagaimana firman Allah وَلِلَّهِ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ فَادْعُوهُ بِهَا ۖ وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ ۚ سَيُجْزَوْنَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ “Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut Asmaul Husna itu.” Juga firman Allah قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَٰنَ ۖ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚ وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا “Katakanlah "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al asmaaul husna nama-nama yang terbaik dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam shalatmu dan janganlah pula merendahkannya dan carilah jalan tengah di antara kedua itu". Dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim diriwayatkan sebuah hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda إِنَّ لِلَّهِ تِسْعَةً وَتِسْعِينَ اسْمًا، مِائَةً غَيْرَ وَاحِدٍ، مَنْ أَحْصَاهَا دَخَلَ الْجَنَّةَ “Sesungguhnya Allah memiliki 99 sembilan puluh sembilan nama, seratus kurang satu. Barangsiapa menjaganya, niscaya ia masuk Surga.” TAFSIR AR-RAHMAAN AR-RAHIIM Ar-Rahman dan ar-Rahiim meruapakan dua Nama dalam bentuk mubalaghah bermakna lebih yang berasal dari asal kata الرحمة, namun kata rahmaan memiliki makna lebih dalam. Dalam pernyataan Ibnu Jarir, dapat difahami adanya kesapakatan mengenai hal itu. Imam al-Qurthubi berkata “Dalil yang menunjukkan bahwa nama ini musytaq bukan asli yang terbentuk dari kata lain adalah hadits yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dari Abdurrahman bin Auf bahwasanya ia mendengar Rasulullah bersabda قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ أَنَا الرَّحْمَنُ وَأَنَا خَلَقْتُ الرَّحِمَ، وَشَقَقْتُ لَهَا مِنَ اسْمِي، فَمَنْ وَصَلَهَا وَصَلَهُ اللهُ، وَمَنْ قَطَعَهَا قَطَعْتُه Allah Azza wa Jalla berfirman “Aku adalah ar-Rahmaan, Aku telah mencipkan rahiim kekerabatan. Aku telah menjadikan untuknya nama dari Nama-Ku. Barangsiapa menyambungnya, maka Aku akan menyambungnya. Dan barang siapa memutuskannya, maka Aku akan memutusnya. Imam al-Qurthubi berkata “Ini merupakan nash yang menunjukkan bahwa nama tersebut musytaq. Sedangkan pengingkaran orang-orang Arab terhadap nama ar-Rahman disebabkan kejahilan mereka tentang Allah dan apa yang wajib bagi-Nya.” Beliau melanjutkan, “Kemudian dikatakan, keduanya memiliki satu makna, misalnya kata nadmaan dan nadiim, demikian dikatakan oleh Abu Ubaid. Ada juga yang mengatakan bahwasanya wazan timbangan kata فعلان tidak seperti فعيل. Karena kata fa’laan tidak digunakan kecuali pada fi’il yang memiliki makna lebih, seperti ucapanmu rajulun ghodhbaan untuk menyebut seorang laki-laki yang kemarahan sedang memuncak. Adapun fa’iil terkadang bermakna فاعل subjek atau مفعول objek. Abu Ali al-Farisi berkata “Ar-Rahmaan merupakan nama yang bersifat umum meliputi segala bentuk rahmat, dan dikhususkan bagi Allah semata. Sedangkan ar-Rahiim ditunjukkan bagi orang-orang yang beriman. Allah berfirman هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۚ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا “Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” QS. Al-Ahzab43. Ibnu Abbas berkata “Keduanya adalah dua nama yang mengandung kelembutan. Salah satunya lebih lembut dari yang lainnya, yakni lebih banyak mengandung rahmat.” Ibnu Jarir meriwayatkan Telah berkata kepada kami as-Sarii bin Yahya at-Tamimi, telah berkata kepada kami Utsman bin Zufar, aku mendengar al-Azrami berkata tentang ar-Rahmaan ar-Rahiim, ia berkata “Ar-Rahmaan untuk seluruh makhluk dan ar-Rahiim untuk orang-orang yang beriman.” Mereka mengatakan Karena Allah berfirman الرَّحْمَٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ “Yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arsy. Dialah yang Maha pemurah.” الرَّحْمَٰنُ عَلَى الْعَرْشِ اسْتَوَىٰ “yaitu Tuhan yang Maha Pemurah. yang bersemayam di atas 'Arsy.” 5. Allah menyebutkan istiwa’ bersemayam dengan Nama ar-Rahmaan untuk meliputi seluruh makhluk dengan rahmat-Nya. Adapun tentang makna ar-Rahiim Allah berfirman هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ ۚ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا “Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.”QS. Al-Ahzab 43. Dalam ayat ini Allah mengkhususkan dengan nama ar-Rahiim, ini menunjukkan bahwa ar-Rahmaan lebih mengandung rahmat karena keumumannya di dunia dan akhirat dan untuk seluruh makhluk-Nya. Adapun ar-Rahiim dikhususkan bagi orang-orang yang beriman. Akan tetapi disebutkan dalam sebuah do’a Rasulullah “Rahman pengasih di dunia dan di akhirat dan Rahiim penyayang pada keduanya. Nama ar-Rahman khusus bagi Allah dan tidak boleh diberikan kepada selain-Nya. Sebagaimana firman Allah قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَٰنَ ۖ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚ وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا “Katakanlah "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al asmaaul husna nama-nama yang terbaik ". Firman Allah وَاسْأَلْ مَنْ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رُّسُلِنَا أَجَعَلْنَا مِن دُونِ الرَّحْمَٰنِ آلِهَةً يُعْبَدُونَ “Dan Tanyakanlah kepada Rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelum kamu "Adakah Kami menentukan tuhan-tuhan untuk disembah selain Allah yang Maha Pemurah?.” Az-Zhuruf45 Oleh karena itu ketika Musailamah al-Kadzdzab dengan kesombongnnya menamakan dirinya dengan Rahmaanul Yamamah, maka Allah memakaikan kepadanya pakaian kebohongan dan terkenal dengannya. Dia tidak dipanggil melainkan dengan sebutgan Musailamah si pendusta. Maka jadilah ia lambang kebohongan bagi penduduk kota maupun penduduk desa dari kalangan Arab Badui. Oleh karena itulah didahulukan nama Allah yang tidak bisa penamaan oleh selain-Nya. Menyifatkan Allah terlebih dahulu dengan sifat ar-Rahman yang tidak boleh disandang oleh selain-Nya, sebagaimana firman Allah قُلِ ادْعُوا اللَّهَ أَوِ ادْعُوا الرَّحْمَٰنَ ۖ أَيًّا مَا تَدْعُوا فَلَهُ الْأَسْمَاءُ الْحُسْنَىٰ ۚ وَلَا تَجْهَرْ بِصَلَاتِكَ وَلَا تُخَافِتْ بِهَا وَابْتَغِ بَيْنَ ذَٰلِكَ سَبِيلًا “Katakanlah "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai Al asmaaul husna nama-nama yang terbaik.” Adapun kepongan Musailamah dengan menamakan dirinya ¬Rahmann al-Yamamah tidak ada yang mengikutinya dalam hal ini kecuali orang yang bersamanya dalam kesesatan. Sementara ar-Rahiim Allah menyiafatkan juga dengan sifat itu makhluknya. Allah berfirman لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu, Amat belas kasihan lagi Penyayang terhadap orang-orang mukmin.” QS. At-Taubah 128. Sebagaimana Allah menyifatkan selain-Nya denga Nama-Nya yang lain. Seperti firman Allah إِنَّا خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ نُطْفَةٍ أَمْشَاجٍ نَبْتَلِيهِ فَجَعَلْنَاهُ سَمِيعًا بَصِيرًا “Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur[1535] yang Kami hendak mengujinya dengan perintah dan larangan, karena itu Kami jadikan Dia mendengar dan melihat.” QS. Al-Insaan2. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa di antara Nama-Nama Allah ada yang boleh diberikan kepada selain-Nya, dan ada juga yang tidak boleh diberikan , seperti ar-Rahmaan, al-Khaaliq, ar-Razzaaq dan lain sebagainya. Oleh karena itulah, Dia memulai dengan Nama-Nya yang paling terkenal yaitu Allah dan kemudian menyifatinya dengan ar-Rahmaan, karena ar-Rahmaan lebih khusus dan lebih dikenalo daripada ar-Rahiim. Nama yang disebutkan lebih dulu adalah nama yang paling mulia, oleh karena itu Allah memulai dengan menyebutg Nama-Nya yang lebih khusus dan seterusnya. Telah disebutkan dalam hadits Ummu Salamah bahwa Rasulullah biasa memutus bacaan beliau huruf demi huruf Bismillahirrahmaanirrahiim. Alhamdulillaahi Rabbil’aalamin. Arrahmaanirrahiim. Maalikiyaumiddiin. Maka sebagian ulama pun membacanya demikian. Tetapi di antara mereka ada pula yang menyambungnya antara Basmalah dan ayat aneka ragam penjelasan dari banyak ahli ilmu mengenai isi dan arti surat Al-Fatihah ayat 1 arab-latin dan artinya, moga-moga berfaidah untuk kita bersama. Bantulah dakwah kami dengan mencantumkan hyperlink ke halaman ini atau ke halaman depan
HukumMembaca Surat al-Fatihah Dalam Shalat Dan ia panjangkan rak'at yang pertama, dan di dua rak'at yang terakhir iaa baca al-Fatihah (saja). [1] Muhammad Nasib ae-Rifal, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Insani Pres, Jakarta, 1999. Hlm. 52. Diposting oleh Unknown di 22.03. Kirimkan Ini lewat Email BlogThis!
Tajwid Surat Al-Fatihah ◊ Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. setiap hari, sebanyak 17 kali kita mengucapkan surat al-fatihah secara wajib. Bahkan beberapa orang bisa lebih dari 17 kali melafalkan surat al-fatihah, ketika orang tersebut mengerjakan salat sunnah. Pada pembahasan kali ini kita akan membahas analisis tajwid surat al-fatihah secara lengkap dari ayat 1 sampai 7. Karena ini penting buat kita agar saat pelafalan surat Al Fatihah saat melaksanakan salat bisa sesuai dengan kaidah hukum tajwid. Berikut ini hukum tajwid Surat Al Fatihah ayat 1-7; AYAT 1 اللَّهِ Lam tarqiq, karena ada tanda baca kasrah sebelum lafal اللَّهِ. Cara membacanya ditipiskan الرَّ Al-syamsiyah, karena ada huruf ال bertemu dengan huruf ر. cara membacanya dimasukan ke huruf ر. الرَّ Al-syamsiyah, karena ada huruf ال bertemu dengan huruf ر. cara membacanya dimasukan ke huruf ر. الرَّحِيمِ Mad arid lisukun, karena ada waqaf yang sebelumnya ada huruf mad thabi’i. Cara membacanya boleh panjang 4 harakat atau lebih dan juga boleh dua harakat. AYAT 2 الْحَمْدُ Al-qomariyah, karena ada huruf ال bertemu dengan huruf ح . Cara membacanya harus terang dan jelas. الْحَمْدُ Idhar Safawi, karena ada huruf mim mati/sukun bertemu dengan huruf م . Cara membacanya terang di bibir dengan mulut tertutup. لِلَّهِ Lam tarqiq, karena ada tanda baca kasrah sebelum lafal اللَّهِ. Cara membacanya ditipiskan الْعَا Al-qomariyah, karena ada huruf ال bertemu dengan huruf ع . Cara membacanya harus terang dan jelas. الْعَالَمِينَ Mad arid lisukun, karena ada waqaf yang sebelumnya ada huruf mad thabi’i. Cara membacanya boleh panjang 4 harakat atau lebih dan juga boleh dua harakat. AYAT 3 الرَّ Al-syamsiyah, karena ada huruf ال bertemu dengan huruf ر. cara membacanya dimasukan ke huruf ر. الرَّ Al-syamsiyah, karena ada huruf ال bertemu dengan huruf ر. cara membacanya dimasukan ke huruf ر. الرَّحِيمِ Mad arid lisukun, karena ada waqaf yang sebelumnya ada huruf mad thabi’i. Cara membacanya boleh panjang 4 harakat atau lebih dan juga boleh dua harakat. AYAT 4 يَوْمِ Mad layin, karena ada tanda baca fatkkhah bertemu dengan huruf و mati. Cara membacanya sekedar lunak dan lemas. الدِّ Al-syamsiyah, karena ada huruf ال bertemu dengan huruf د. cara membacanya dimasukan ke huruf د. الدِّينِ Mad arid lisukun, karena ada waqaf yang sebelumnya ada huruf mad thabi’i. Cara membacanya boleh panjang 4 harakat atau lebih dan juga boleh dua harakat. AYAT 5 نَسْتَعِينُ Mad arid lisukun, karena ada waqaf yang sebelumnya ada huruf mad thabi’i. Cara membacanya boleh panjang 4 harakat atau lebih dan juga boleh dua harakat. AYAT 6 الصِّرَا Al-syamsiyah, karena ada huruf ال bertemu dengan huruf ص. cara membacanya dimasukan ke huruf ص. الْمُسْتَقِيمَ Al-qomariyah, karena ada huruf ال bertemu dengan huruf م . Cara membacanya harus terang dan jelas. الْمُسْتَقِيمَ Mad arid lisukun, karena ada waqaf yang sebelumnya ada huruf mad thabi’i. Cara membacanya boleh panjang 4 harakat atau lebih dan juga boleh dua harakat. AYAT 7 أَنْعَمْتَ Idhar halqi, karena ada tanda fatkhahtain bertemu dengan huruf ع. Cara membacanya adalah jelas di mulut أَنْعَمْتَ Idhar safawi, karena ada huruf mim mati/sukun bertemu dengan huruf ت. Cara membacanya terang di bibir dengan mulut tertutup. عَلَيْهِمْ Mad layin, karena ada tanda baca fatkkhah bertemu dengan huruf ي mati. Cara membacanya sekedar lunak dan lemas. غَيْرِ Mad layin, karena ada tanda baca fatkkhah bertemu dengan huruf ي mati. Cara membacanya sekedar lunak dan lemas. الْمَغْضُو Al-qomariyah, karena ada huruf ال bertemu dengan huruf م . Cara membacanya harus terang dan jelas. عَلَيْهِمْ Mad layin, karena ada tanda baca fatkkhah bertemu dengan huruf ي mati. Cara membacanya sekedar lunak dan lemas. الضَّا Al-syamsiyah, karena ada huruf ال bertemu dengan huruf ظ cara membacanya dimasukan ke huruf ظ. الضَّالِّينَ Mad lazim mutsaqqal kilmi, karena ada madthabi’i bertemu dengan tasydid di dalam satu kalimat. Cara membacanya harus panjang 6 harakat الضَّالِّينَ Mad arid lisukun, karena ada waqaf yang sebelumnya ada huruf mad thabi’i. Cara membacanya boleh panjang 4 harakat atau lebih dan juga boleh dua harakat. Tajwid Surat An-nas Tajwid Surat Al-Falaq Isi Kandungan Surat Al-Fatihah Artinya “1. Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 2. Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. 3. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. 4. Yang menguasai di Hari Pembalasan. 5. Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. 6. Tunjukilah kami jalan yang lurus, 7. yaitu Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan jalan mereka yang dimurkai dan bukan pula jalan mereka yang sesat. Dari pembahasan tajwid surat al-fatihah ini, ada beberapa kandungan hikmah yang dapat kita jadikan sebagai nasihat. Diantaranya adalah sebagai berikut Pada ayat 1-5 berisikan pujian atas sifat-sifat ALLOH SWT dari hambanya Pada ayat 6-7 berisikan do’a atau permintaan hambanya kepada ALLOH Adapun doa pertama yang terdapat dalam ayat ini mengenai permintaan hamba-NYA agar ditunjukan dalam kebenaran dan jalan yang penuh nikmat hidayah Islam Doa kedua mengenai permintaan hamba-NYA agar tidak seperti orang-orang Bani Israil yang dimurkai, dan tidak seperti orang-orang yahudi yang sesat Setiap orang Iman akan memuji dan meminta kepada ALLOH sebanyak 17 kali bahkan lebih ketika dia mengerjakan salat Agar kita mendapatkan petunjuk dari ALLOH, serta agar kita bisa terhindar dari kesesatan dan murka ALLOH SWT, tertibkan salat kita
44. Jalan Membuka Pintu Langit. 5 5. Mempermudah Mendapat Ilmu. 6 6. Dijanjikannya Pahala Untuk Setiap Muslim Yang Membacanya. 7 Like this: 8 Related. Surat yang dikenal sebagai surah pembuka untuk segala kegiatan yang dilakukan baik dalam bacaan salat, saat akan membaca AL-QUR'AN serta kegiatan lain.
Assalamu alaikum teman-teman pembaca, pada kesempatan kali ini kami akan menuliskan artikel yang membahas hukum tajwid pada surat al-fatihah, surat al-fatihah ini adalah surat pertama dalam al-quran yang terdiri dari 7 ayat, surat ini juga adalah surat yang menjadi rukun dalam shalat 5 waktu, nah pada pembahasan kali ini kami akan menafsirkan hukum tajwid per kata yang ada pada surat al-fatihah ini, dengan begitu teman-teman yang sedang belajar hukum tajwid pada surat ini insya allah akan dimudahkan dalam pembelajarannya karena dalam penafsirannya disini sudah kami lengkapi dengan penjelasannya. Mengingat belajar hukum tajwid itu sangat penting disarankan untuk teman-teman yang sedang belajar untuk belajar secara perlahan agar materi yang ada pada pembahasan disini dapat di ingat serta mudah untuk di praktekan pada saat teman-teman membaca surat al-fatihah, sehingga lantunan bacaan ayat dari surat al fatihah yang teman-teman baca nantinya terdengar sangat jelas, bukan hanya hukum tajwidnya saja yang harus dipelajari tetapi makhraj nya juga harus tepat. Nah berikut ini adalah penafsiran hukum tajwid yang telah kami tafsirkan dalam surat al-fatihah, penafsiran hukum tajwid dari surat al fatihah ini kami lakukan bersama guru kami agar dalam penafsirannya tidak terjadi kesalahan, sehingga materi hukum tajwid disini sudah selaras dengan materi tajwid dari kitab yang ada. Hukum tajwid surat al-fatihah LATINNYA 1. BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM. 2. ALHAMDULILLAAHIRABBIL AALAMIIN. 3. ARRAHMAANIRRAHIIM. 4. MAALIKIYAUMIDDIIN. 5. IYYAAKANA'BUDU WA IYYAA KANASTA'IIN. 6 IHDIINASH SHIRAATHAL MUSTAQIIM. 7. SHIRAATALLADZIINA AN AM TA 'ALAIHIM GHAIRIL MAGHDHUU BI 'ALAIHIM WALADZOOLLIIN. ARTINYA 1. DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PENGASIH, MAHA PENYAYANG. 2. SEGALA PUJI BAGI ALLAH 3. YANG MAHA PENGASIH, MAHA PENYAYANG 4. PEMILIK HARI PEMBALASAN. 5. HANYA KEPADA ENGKAU KAMI MENYEMBAH DAN HANYA KEPADA ENGKAU KAMI MEMOHON PERTOLONGAN. 6. TUNJUKILAH KAMI JALAN YANG LURUS. 7. YAITU JALAN ORANG-ORANG YANG TELAH ENGKAU BERI NIKMAT KEPADANYA; BUKAN PULA JALAN MEREKA YANG SESAT. KETERANGAN AYAT 4,6,7 4. Hari pembalasan Hari waktu manusia menerima pembalasan amalnya, baik atau buruk. disebut juga yaumul qiyamah, yaumul hisab, dan sebagainya. 6. Jalan yang lurus, yaitu jalan hidup yang benar, yang dapat membuat bahagiya didunia dan di akhirat. 7. Mereka yang dimurkai, adalah mereka yang sengaja menentang ajaran islam. mereka yang sesat adalah mereka yang sengaja mengambil jalan lain selain ajaran islam. HUKUM TAJWID SURAT AL-FATIHAH 1. Tarqiq Yaitu sebelum lam nya lafadz allah lam jalalah ada huruf yang berbaris kasrah, cara membacanya lafadz allah dibaca tipis panjangnya 2 harakat. 2. Alif elam syamsiyyah Yaitu alif elam bertemu dengan huruf ro huruf syamsiyyah, cara bacanya huruf elam di masukan ke huruf ro huruf syamsiyyah. 3. Mad thabi'i mad asli Yaitu huruf mim bertemu dengan alif yang dibuang, baris vertikal diatas itu menunjukan adanya alif yang dibuang, cara membacanya dibaca panjang 2 harakat. 4. Alif elam syamsiyyah Yaitu alif elam bertemu dengan huruf ro huruf syamsiyyah, cara bacanya huruf elam di masukan ke huruf ro huruf syamsiyyah. 5. Mad aridisukun Yaitu mad thabi'i berhadapan dengan satu huruf yang hidup yang berada di akhir kalimat, huruf yang di akhir kalimat itu mati jika di waqafkan, cara bacanya panjangnya 2 sampai 6 harkat. 6. Alif elam qomariyyah Yaitu alif elam bertemu dengan huruf hamzah huruf Qomariyyah, cara membacanya elam mati dibaca jelas. 7. Dibaca idzhar Yaitu huruf mim mati bertemu dengan huruf dal, cara membacanya suara mim mati dibaca dengan jelas. 8. Tarqiq Yaitu sebelum lam nya lafadz allah lam jalalah ada huruf yang berbaris kasrah, cara membacanya lafadz allah dibaca tipis panjangnya 2 harakat. 9. Alif elam qomariyyah Yaitu alif elam bertemu dengan huruf ain huruf Qomariyyah, cara membacanya elam mati dibaca jelas. 10. Mad thabi'i mad asli Yaitu hruf ain bertemu dengan alif yang dibuang, baris vertikal diatas itu menunjukan adanya alif yang dibuang, cara membacanya dibaca panjang 2 harakat. 11. Mad aridisukun Yaitu mad thabi'i berhadapan dengan satu huruf yang hidup yang berada di akhir kalimat, huruf yang di akhir kalimat itu mati jika di waqafkan, cara bacanya panjangnya 2 sampai 6 harkat. 12. Alif elam syamsiyyah Yaitu alif elam bertemu dengan huruf ro huruf syamsiyyah, cara bacanya huruf elam di masukan ke huruf ro huruf syamsiyyah. 13. Mad thabi'i mad asli Yaitu huruf mim bertemu dengan alif yang dibuang, baris vertikal diatas itu menunjukan adanya alif yang dibuang, cara membacanya dibaca panjang 2 harakat. 14. Alif elam syamsiyyah Yaitu alif elam bertemu dengan huruf ro huruf syamsiyyah, cara bacanya huruf elam di masukan ke huruf ro huruf syamsiyyah. 15. Mad aridisukun Yaitu mad thabi'i berhadapan dengan satu huruf yang hidup yang berada di akhir kalimat, huruf yang di akhir kalimat itu mati jika di waqafkan, cara bacanya panjangnya 2 sampai 6 harkat. 16. Mad thabi'i mad asli Yaitu huruf mim bertemu dengan alif yang dibuang, baris vertikal diatas itu menunjukan adanya alif yang dibuang, cara membacanya dibaca panjang 2 harakat. 17. Alif elam syamsiyyah Yaitu alif elam bertemu dengan huruf dal huruf syamsiyyah, cara bacanya huruf elam di masukan ke huruf dal huruf syamsiyyah. 18. Mad aridisukun Yaitu mad thabi'i berhadapan dengan satu huruf yang hidup yang berada di akhir kalimat, huruf yang di akhir kalimat itu mati jika di waqafkan, cara bacanya panjangnya 2 sampai 6 harkat. 19. Mad thabi'i mad asli Yaitu alif mati sebelumnya ada huruf yang berbaris fatah, cara bacanya dibaca panjangnya 2 harakat. 20. Mad thabi'i mad asli Yaitu alif mati sebelumnya ada huruf yang berbaris fatah, cara bacanya dibaca panjangnya 2 harakat. 21. Mad aridisukun Yaitu mad thabi'i berhadapan dengan satu huruf yang hidup yang berada di akhir kalimat, huruf yang di akhir kalimat itu mati jika di waqafkan, cara bacanya panjangnya 2 sampai 6 harkat. 22. Alif elam syamsiyyah Yaitu alif elam bertemu dengan huruf shod huruf syamsiyyah, cara bacanya huruf elam di masukan ke huruf shod huruf syamsiyyah. 23. Mad thabi'i mad asli Yaitu alif mati sebelumnya ada huruf yang berbaris fatah, cara bacanya dibaca panjangnya 2 harakat. 24. Alif elam qomariyyah Yaitu alif elam bertemu dengan huruf emim huruf Qomariyyah, cara membacanya elam mati dibaca jelas. 25. Mad aridisukun Yaitu mad thabi'i berhadapan dengan satu huruf yang hidup yang berada di akhir kalimat, huruf yang di akhir kalimat itu mati jika di waqafkan, cara bacanya panjangnya 2 sampai 6 harkat. 26. Mad thabi'i mad asli Yaitu alif mati sebelumnya ada huruf yang berbaris fatah, cara bacanya dibaca panjangnya 2 harakat. 27. Alif elam syamsiyyah Yaitu alif elam bertemu dengan huruf elam huruf syamsiyyah, cara bacanya huruf elam di masukan ke huruf elam huruf syamsiyyah. 28. Mad thabi'i mad asli Yaitu ya mati sebelumnya ada huruf yang berbaris kasrah, cara membacanya dibaca panjangnya 2 harakat. 29. Dibaca idzhar Yaitu huruf nun mati bertemu dengan huruf ain, cara membacanya suara nun mati dibaca dengan jelas. 30. Dibaca idzhar Yaitu huruf mim mati bertemu dengan huruf ta, cara membacanya suara mim mati dibaca dengan jelas. 31. Adamul waqfi Yaitu tidak boleh berhenti tidak boleh waqaf. 32. Alif elam qomariyyah Yaitu alif elam bertemu dengan huruf emim huruf Qomariyyah, cara membacanya elam mati dibaca jelas. 33. Mad thabi'i mad asli Yaitu wau mati sebelumnya ada huruf yang berbaris dhamah, cara membacanya dibaca panjangnya 2 harakat. 34. Idzhar safawy Yaitu mim mati bertemu dengan huruf wau huruf idzhar safawy yaitu huruf wau atau fa, cara membacanya mim mati dibaca jelas serta bibir harus rapat. 35. Alif elam syamsiyyah Yaitu alif elam bertemu dengan huruf dhod huruf syamsiyyah, cara bacanya huruf elam di masukan ke huruf dhod huruf syamsiyyah. 36. Mad lazim musaqol kalimi Yaitu mad thabi'i bertemu dengan huruf yang bertadid, cara membacanya berat karena ada huruf yang tasdid, panjangnya 6 harakat. 37. Mad aridisukun Yaitu mad thabi'i berhadapan dengan satu huruf yang hidup yang berada di akhir kalimat, huruf yang di akhir kalimat itu mati jika di waqafkan, cara bacanya panjangnya 2 sampai 6 harkat. Nah teman-teman itulah pembahasan hukum tajwid dari surat al-fatihah ini, ada sedikit tambahan mengenai penjelasan alif elam dibawah ini, agar teman-teman dapat mengerti lebih jauh tentang alif elam. PENJELASAN 1. Alif elam syamsiyyah Mengapa disebut alif elam syamsiah? Karena alif elam syamsiyyah itu artinya matahari, sebab alif elam dibacanya tidak jelas malah menghilang, yang terdengar hanya huruf syamsiyyahnya saja yang ada didepannya, itu tidak ada bedanya seperti kita melihat matahari, bentuk matahari tidak jelas kelihatannya, yang kelihatan hanya cahayanya saja karena silau, berikut ini adalah huruf dari alif elam syamsiyyah Alif elam syamsiyyah 2. Alif elam qomariyyah Kenapa disebut alif elam komariyyah? Karena qomariyyah artinya bulan, dibacanya alif elam itu jelas suara "L" seperti kita melihat bulan, bentuknya bulan terlihat jelas. Alif elam Qomariyyah Nah untuk penjelasan hukum tajwid surat al fatihah ini kami cukupkan sampai disini, jika masih ada yang kebingungan silahkan untuk bertanya kepada kami melalui kontak email yang tersedia, dan perlu diketahui juga dalam mempelajari hukum tajwid ini haruslah sunguh-sungguh, karena hukum tajwid yang teman-teman pelajari tentunya sudah pasti akan di terapkan pada saat membaca al-quran, dalam hukum tajwid ada dari beberapa hukum yang cirinya hampir sama, dalam study kasuspun kasusnya hampir sama ketika anak-anak pengajian ditanya tentang hukum tajwid dalam al-quran terkadang mereka sering salah menyebut karena mungkin ciri dan nama hukumnya hampir sama. Nah kepada teman-teman nantikan update seputar hukum tajwid berikutnya ya, tentunya hanya di blog ini, oh ia silahkan baca juga artikel yang lainnya yang membahas hukum tajwid pada blog ini sebagai bahan pembelajaran dalam menerapkan materi tajwid pada diri teman-teman, dan maafkan jika dalam penulisan terdapat kata-kata yang salah dan kata yang kurang berkenan di hati teman-teman, akhir kata saya ucapkan wasalam.
MazhabHanafi: Ma'mun tidak perlu membaca al-Fatihah, berdasarkan dalil-dalil berikut ini: perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat". (Qs. al-A'raf *7+: 204). Imam Ahmad. berkata: "Umat telah sepakat bahwa ayat ini tentang shalat". Perintah agar mendengarkan bacaan al-Fatihah yang dibacakan, khususnya pada shalat Jahr.
Assalaamu’alaikum, Hallo Sobat pada artikel ini akan diuraikan hukum tajwid surat Al Fatihah ayat 1-7. Hukum tajwid Surat Al Fatihah Ayat 1-7 sangat penting diketahui setiap Muslim. Sebab, surat ini wajib dibaca setiap sholat. Jadi dengan mengetahui hukum tajwidnya maka akan lebih tepat dan indah membacanya. Diketahui bahwa setiap muslim melaksanakan kewajiban sholat lima waktu dalam sehari, sebanyak 17 kali membaca Surat Al Fatihah. Bahkan, orang-orang bisa lebih dari 17 kali membacanya dengan mengerjakan sholat sunah rawatib. Surat ini disebut juga sebagai ummul kitab atau induk dari Al Quran. Sebab, semua makna yang ada didalam Al Fatihah merujuk kepada apa yang terkandung didalam kitab suci Al Quran. Al Fatihah artinya Pembukaan adalah nama surat dalam Kitab Suci Al Quran urutan nomor ke 1 sebelum surat Al Baqarah. Surat Al Fatihah terdiri dari 7 ayat, termasuk golongan surat Makkiyah, sebab diturunkan di kota Mekkah. surat-Al-Fatihah-lengkap-dengan-tajwid-dan-artinya Bacaan surat Al Fatihah ayat 1-7 dan artinya اَعُوْذُ بِاللّٰهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ bismillaahir-rohmaanir-rohiim “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.” QS. Al-Fatihah 1 Ayat 1. اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ al-hamdu lillaahi robbil-aalamiin “Segala puji bagi Allah, Tuhan seluruh alam.” QS. Al-Fatihah 1 Ayat 2. الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ ar-rohmaanir-rohiim “Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.” QS. Al-Fatihah 1 Ayat 3. مٰلِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ maaliki yaumid-diin “Pemilik hari pembalasan.” QS. Al-Fatihah 1 Ayat 4. اِيَّا كَ نَعْبُدُ وَاِ يَّا كَ نَسْتَعِيْنُ iyyaaka na’budu wa iyyaaka nasta’iin “Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.” QS. Al-Fatihah 1 Ayat 5. اِهْدِنَا الصِّرَا طَ الْمُسْتَقِيْمَ ihdinash-shiroothol-mustaqiim “Tunjukilah kami jalan yang lurus,” QS. Al-Fatihah 1 Ayat 6. صِرَا طَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ ۙ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّآلِّيْنَ shiroothollaziina an’amta alaihim ghoiril-maghdhuubi alaihim wa ladh-dhooolliin “yaitu jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan jalan mereka yang dimurkai, dan bukan pula jalan mereka yang sesat.” QS. Al-Fatihah 1 Ayat 7. Tajwid surat Al Fatihah ayat 1 بِسْمِ اللّٰهِ Hukum tajwid pada kata diatas adalah Tarqiq tipis, sebab Lam Jalalah didahului oleh kasrah, lalu dibaca dengan panjang 1 alif. “Hukum Alif Lam” Alif lam syamsiyah الرَّحْمٰنِ Hukum tajwid pada kata diatas adalah Alif lam syamsiyah, sebab alif lam menghadapi huruf Ra, tandanya ada tasydid. Cara membaca alif lam syamsiyah yaitu huruf lam diidghamkan dimasukkan kedalam huruf yang ada didepannya, jadi bunyi huruf lam tidak tampak. Huruf Ra dibaca tafkhim tebal, sebab berharakat fathah. Mad ashli mad thabi’i, sebab fathah berdiri diatas huruf Mim. Panjang mad ashli yaitu 1 alif dua harakat. الرَّحِيْمِ Hukum tajwid pada kata diatas adalah Alif lam syamsiyah, sebab alif lam menghadapi huruf Ra. Mad aridl lissukun bila dibaca waqaf, sebab mad thabi’i Ya mati setelah kasrah menghadapi huruf hidup lalu dibaca waqaf. Panjang mad aridl lissukun adalah 2, 4 atau 6 harakat. Bila disambung, namanya adalah mad thabi’i. Tajwid surat Al Fatihah ayat 2 اَلْحَمْدُ Hukum tajwid pada kata diatas adalah Alif lam qomariyah, sebab alif lam menghadapi huruf Ha, tandanya ada sukun. Idzhar syafawi, sebab Mim mati menghadapi huruf Dal. Cara membaca idzhar syafawi yaitu huruf mim mati dibaca jelas tidak dengung. “Hukum Lam Jalalah” Tarqiq لِلّٰهِ Hukum tajwid pada kata diatas adalah Tarqiq tipis, sebab Lam Jalalah didahului oleh kasrah. Alif lam qomariyah رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ Hukum tajwid pada kalimat diatas adalah Huruf Ra dibaca tafkhim tebal, sebab berharakat fathah. Alif lam qomariyah, sebab alif lam menghadapi huruf Ain. Mad ashli mad thabi’i, sebab fathah berdiri diatas huruf Ain. Mad aridl lissukun bila dibaca waqaf, sebab mad thabi’i Ya mati setelah kasrah menghadapi huruf hidup lalu dibaca waqaf. Tajwid surat Al Fatihah ayat 3 الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ Hukum tajwid pada kalimat diatas adalah Alif lam syamsiyah, sebab alif lam menghadapi huruf Ra. Huruf Ra dibaca tafkhim tebal, sebab berharakat fathah. Mad ashli mad thabi’i, sebab fathah berdiri diatas huruf Mim. Mad aridl lissukun bila dibaca waqaf, sebab mad thabi’i Ya mati setelah kasrah menghadapi huruf hidup lalu dibaca waqaf. Tajwid surat Al Fatihah ayat 4 مٰلِكِ Hukum tajwid pada kata diatas adalah Mad ashli mad thabi’i, sebab fathah berdiri diatas huruf Mim. “Baca juga tajwid surat Al Kafirun” Huruf lin يَوْمِ Hukum tajwid pada kata diatas adalah Huruf lin haraf lin, sebab huruf Wawu mati setelah fathah. الدِّيْنِ Hukum tajwid pada kata diatas adalah Alif lam syamsiyah, sebab alif lam menghadapi huruf Dal. Mad aridl lissukun bila dibaca waqaf, sebab mad thabi’i Ya mati setelah kasrah menghadapi huruf hidup lalu dibaca waqaf. Tajwid surat Al Fatihah ayat 5 اِيَّا كَ نَعْبُدُ وَاِ يَّا كَ Hukum tajwid pada kalimat diatas adalah Mad thabi’i mad ashli, sebab huruf alif mati setelah fathah. نَسْتَعِيْنُ Hukum tajwid pada kata diatas adalah Mad aridl lissukun bila dibaca waqaf, sebab mad thabi’i Ya mati setelah kasrah menghadapi huruf hidup lalu dibaca waqaf. Bila disambung namanya mad thabi’i. Tajwid surat Al Fatihah ayat 6 اِهْدِنَا الصِّرَا طَ Hukum tajwid pada kalimat diatas adalah Alif lam syamsiyah, sebab alif lam menghadapi huruf Shad. Mad thabi’i mad ashli, sebab huruf alif mati setelah fathah. Huruf Ra dibaca tafkhim tebal, sebab berharakat fathah. Mad aridl lissukun الْمُسْتَقِيْمَ Hukum tajwid pada kata diatas adalah Alif lam qomariyah, sebab alif lam menghadapi huruf Mim. Mad aridl lissukun bila dibaca waqaf, sebab mad thabi’i Ya mati setelah kasrah menghadapi huruf hidup lalu dibaca waqaf. Tajwid surat Al Fatihah ayat 7 صِرَا طَ الَّذِيْنَ Hukum tajwid pada kalimat diatas adalah Mad thabi’i mad ashli, sebab huruf alif mati setelah fathah dan ya mati setelah kasrah. Huruf Ra dibaca tafkhim tebal, sebab berharakat fathah. “Hukum Mim Mati” Idzhar halqi dan Idzhar syafawi di surat Al Fatihah اَنْعَمْتَ Hukum tajwid pada kata diatas adalah Idzhar halqi, sebab nun mati menghadapi huruf Ain. Idzhar syafawi, sebab Mim mati menghadapi huruf Ta. Cara membaca idzhar syafawi yaitu huruf mim mati dibaca jelas tidak dengung. عَلَيْهِمْ ۙ Hukum tajwid pada kata diatas adalah Huruf lin haraf lin, sebab huruf Ya mati setelah fathah. غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ Hukum tajwid pada kata diatas adalah Huruf lin haraf lin, sebab huruf Ya mati setelah fathah. Alif lam qomariyah, sebab alif lam menghadapi huruf Mim. Mad thabi’i mad ashli, sebab huruf wawu mati setelah dlommah. Mad lazim mutsaqqal kilmi وَلَا الضَّآلِّيْنَ Hukum tajwid pada kata diatas adalah Alif lam syamsiyah, sebab alif lam menghadapi huruf Dlo. Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi, sebab mad thabi’i menghadapi huruf bertasydid dalam satu kata. Panjang Mad Lazim Mutsaqqal Kilmi adalah enam harakat. Mad aridl lissukun bila dibaca waqaf, sebab mad thabi’i Ya mati setelah kasrah menghadapi huruf hidup lalu dibaca waqaf. Demikianlah uraian hukum tajwid surat Al Fatihah ayat 1-7 semoga bermanfaat. Terima kasih sudah berkunjung. Bacaan surat Al Fatihah ayat 1-7 dan artinyaTajwid surat Al Fatihah ayat 1Tajwid surat Al Fatihah ayat 2Tajwid surat Al Fatihah ayat 3Tajwid surat Al Fatihah ayat 4Tajwid surat Al Fatihah ayat 5Tajwid surat Al Fatihah ayat 6Tajwid surat Al Fatihah ayat 7
Mengenaibacaan Al-Qur'an yang dihadiahkan kepada mayit apakah sampai atau tidak ke mayit, maka ada ihktilaf ulama padanya. Bagi yang mengatakan sampai, karena menganalogikan dengan shadaqah dan amalan yang lainya. Sedangkan yang menyatakan tidak, beralasan dengan bahwa hal itu tidak ada nash haditsnya dan amalan salaf. Wallahu a'lam. Syekhul
403 ERROR Request blocked. We can't connect to the server for this app or website at this time. There might be too much traffic or a configuration error. Try again later, or contact the app or website owner. If you provide content to customers through CloudFront, you can find steps to troubleshoot and help prevent this error by reviewing the CloudFront documentation. Generated by cloudfront CloudFront Request ID SCJhZgYFl_YnBBSvXdDtqhLNTGBf-8bEhT8T113L-5uVpUNAtMaGcw==
. c5od7vua88.pages.dev/236c5od7vua88.pages.dev/90c5od7vua88.pages.dev/290c5od7vua88.pages.dev/208c5od7vua88.pages.dev/358c5od7vua88.pages.dev/224c5od7vua88.pages.dev/10c5od7vua88.pages.dev/31
hukum bacaan surat al fatihah